Magelang (ANTARA News) - Penurunan status aktivitas vulkanik Gunung Merapi dari awas ke siaga harus segera ditindaklanjuti dengan pemulangan para pengungsi dari berbagai penampungan ke kampung halaman masing-masing, kata Ketua DPRD Kabupaten Magelang Achmad Labib.
"Kalau sudah turun maka pengungsi harus segera dipulangkan," katanya di Magelang, Selasa (13/6) petang.
Ia mengatakan, turunnya status Merapi patut disyukuri masyarakat terutama yang tinggal di kawasan lereng gunung berapi tipe awan panas itu.
Tetapi, katanya, mereka harus tetap meningkatkan kewaspadaannya terkait karakter Gunung Merapi yang unik.
"Tetap harus diwaspadai karena Merapi tidak bisa diduga, dan bisa naik lagi menjadi awas, harapan masyarakat tentunya Merapi menjadi aktif normal," katanya.
Jika pengungsi Merapi sudah pulang ke kampung halamannya masing-masing, katanya, mereka bisa kembali bekerja secara normal untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Ia menyatakan pentingnya pihak pemda melakukan evaluasi tentang manajemen penanganan bencana Gunung Merapi supaya bisa melakukan langkah yang lebih baik dan tepat jika terjadi bencana Merapi pada masa mendatang.
"Pemda harus melakukan evaluasi terutama manajemen Satlak (Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi,red) supaya yang akan datang menjadi lebih baik, kalau Merapi menjadi awas lagi pemda bisa menata lebih baik penanganannya," katanya.
Sekda Kabupaten Magelang Agus Subandono mengatakan, telah menerima laporan tentang penurunan status aktivitas vulkanik Gunung Merapi dari "awas" ke "siaga".
"Kami masih menunggu petunjuk dari Pak Bupati (Singgih Sanyoto,red), kalau sudah ada petunjuk untuk dipulangkan maka segera kita pulangkan," katanya.
Hingga Selasa sekitar pukul 17.30 WIB, Bupati Singgih Sanyoto belum bisa dihubungi untuk ditanya soal rencana pemulangan pengungsi.
Mengenai data dari Satlak PBP Pemda Kabupaten Magelang, jumlah warga lereng Merapi dari berbagai desa rawan bencana Merapi yang hingga Selasa (13/6) masih berada di berbagai penampungan mencapai 9.053 jiwa.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006