Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kerusakan parah pada bendungan Kakhovka "saat ini menyebabkan berkurangnya ketinggian permukaan air waduk sekitar 5 cm per jam."
Bendungan Kakhovka memasok air untuk sistem pendingin penting di PLTN Zaporizhzhia, dan ketiadaan air pendingin untuk "jangka waktu yang lama akan menyebabkan bahan bakar meleleh dan generator diesel darurat tidak dapat beroperasi," tutur Grossi.
"Namun, asesmen kami saat ini adalah tidak ada risiko langsung terhadap keselamatan PLTN itu," katanya.
Staf IAEA yang ditempatkan di PLTN itu telah diberi tahu tentang konsekuensi kerusakan tersebut, dan mereka melaporkan bahwa PLTN itu "melakukan segala upaya untuk memompa air sebanyak mungkin ke saluran pendingin dan sistem terkait," papar Grossi
Kepala IAEA itu meminta semua pihak untuk melindungi kolam pendingin besar di dekat PLTN Zaporizhzhia, yang dapat menyediakan sumber air pendingin alternatif selama "beberapa bulan" dalam keadaan darurat.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebelumnya pada hari yang sama mengatakan bahwa pasukan Rusia telah menghancurkan bendungan Kakhovka.
Menurut operator energi nuklir milik negara Ukraina, Energoatom, penghancuran bendungan tersebut bisa menimbulkan konsekuensi negatif bagi PLTN Zaporizhzhia.
PLTN Zaporizhzhia di Ukraina selatanyang juga menjadi salah satu PLTN terbesar di Eropa, telah dikuasai pasukan Rusia sejak awal Maret tahun lalu.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023