kami mengajak orang tua untuk menghidupkan kembali budaya mendongeng untuk memberikan kesan hangat di dalam keluarga.Kudus (ANTARA News) - Pakar dongeng berasal dari Yogyakarta Muhammad Aris Kusdianto mengatakan dongeng bermanfaat membentuk karakter anak sehingga harus terus dihidupkan terutama oleh kalangan orang tua.
"Saat ini, budaya dongeng dari orang tua kepada anak sudah mulai langka. Untuk itu, kami mengajak orang tua untuk menghidupkan kembali budaya mendongeng untuk memberikan kesan hangat di dalam keluarga," katanya di sela Festival Maulud Nabi Muhammad SAW di SDIT Al Islam Kudus, Sabtu.
Selain itu, kata Ars yang dikenal dengan sebutan Kak Aris Pahlawan Bertopeng tersebut, mendongeng dapat meningkatkan kecerdasan anak sedangkan mendongeng secara rutin cukup efektif dalam mengakrabkan hubungan antara orang tua dengan anaknya.
Ia berharap, baik orang tua maupun guru tidak menyia-nyiakan manfaat dongeng untuk anak-anak.
"Dongeng juga bisa disukai anak-anak selayaknya seorang anak menyukai makanan favoritnya," katanya.
Melalui dongeng, kata dia, anak bisa belajar kosakata baru, belajar untuk mengekspresikan perasaan, seperti senang, sedih, ataupun marah, serta menyerap nilai-nilai kebaikannya.
Ia menyatakan kepada orang tua atau guru yang hendak mendongeng, agar tanpa menggunakan media, melainkan hanya lewat gerakan, suara, maupun ekspresi, sehingga anak bisa berimajinasi.
"Jika menggunakan media, imanijasi anak kurang terlatih karena gambarnya sudah bisa dilihat langsung," katanya.
Selain itu, kata dia, mendongeng tidak ada batasan umur, bahkan bayi yang masih dalam kandungan orang tua bisa didengarkan dongeng.
Bahan dongeng, katanya, memang harus disesuaikan dengan usia, agar dapat mengena.
Kepala SDIT Al Islam Kudus Istifainzah mengatakan dalam Festival Maulud Nabi Muhammad SAW itu, sekolah sengaja mendatangkan pendongeng profesional agar anak juga tertarik mendengarkan dongeng ketika nantinya berada di rumah.
"Lewat pendongeng tersebut, anak juga mendengarkan kisah tentang Nabi Muhammad SAW agar anak juga bisa meneladani sikap dan perilakunya," katanya.
Apalagi, kata dia, dongeng lebih sering diperkenalkan kepada anak saat masih usia TK, sedangkan tingkat SD masih jarang terjadi.
(M029)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013