Jadi ada sunnah Shalat Arbain atau 40 waktu di Madinah, itu bagus mengejar sunnah. Tetapi harus diingat bahwa ibadah wajibnya belum... dan mestinya seorang jamaah haji itu harus fokus di Arafah

Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengingatkan jamaah haji agar fokus mengejar ibadah wajib bukan sunnah. .

"Jadi ada sunnah Shalat Arbain atau 40 waktu di Madinah, itu bagus mengejar sunnah. Tetapi harus diingat bahwa ibadah wajibnya belum, utamanya wajib yang tidak bisa diganti yaitu wukuf (berdiam diri) di Arafah, dan mestinya seorang jamaah haji itu harus fokus di Arafah, karena di situ nanti tempat dia harus berdoa melakukan perenungan, kontemplasi," kata Muhadjir saat memimpin rapat evaluasi haji 1444 Hijriah di Jakarta, Selasa.

Muhadjir mengatakan ibadah wukuf membutuhkan mental dan fisik yang bagus agar doa dari para jamaah haji bisa dikabulkan dan diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

"Sunnah bagus, tapi jangan sampai kemudian membebani menjadi masyaqqah atau menyulitkan, dalam kaidah fikih, masyaqqah itu harus dicari kemudahannya. Kalau sunnah itu kan boleh tidak dilakukan, jadi jangan dijadikan itu wajib lalu dikejar," kata Muhadjir.

Dia mengatakan pengetahuan mengenai ibadah wajib dan sunnah ini bermanfaat bagi jamaah agar bisa menakar kondisi fisik di tengah cuaca panas di Arab Saudi.

Baca juga: Konsultan ibadah mengimbau jamaah fokus pada puncak haji

Kemenko PMK juga terus berkoordinasi dengan Kementerian Agama (Kemenag) dan Pemerintah Arab Saudi untuk mengantisipasi permasalahan suhu panas ekstrem tersebut.

"Nanti bagaimana apakah disiapkan ember lalu dikasih es, sehingga bisa digunakan untuk, yang terutama lanjut usia, karena di sana air kan sudah panas sekali, kalau bisa jamaah yang lansia jangan pakai (air) yang itu. Memang kemarin waktu saya cek di Arafah itu 42 derajat Celsius, sementara di Mina lebih panas lagi 45 derajat Celsius, sangat tinggi. Dan itu saya kira waktu wukuf nanti ya sekitar itu," ujarnya.

Menko PMK juga menegaskan tentang prosedur pemakaman jamaah yang meninggal saat ibadah haji, dimana saat ini ada 21 jamaah yang meninggal dan secara otomatis akan dimakamkan di sana.

"Jadi kalau yang meninggal di Madinah di Baqi, kalau yang meninggal di Mekkah itu di Ma'la, sudah dikoordinasi itu. Untuk pemakaman menjadi urusan sana (petugas Arab Saudi) dan di sana kan tidak perlu menggali, wong sudah ada lubangnya, tinggal masuk-masukkan saja di sana ke lubangnya," tutur Muhadjir.

Baca juga: Kemenkes: KKHI lengkapi kebutuhan layanan kesehatan jamaah haji

Selain itu dia juga mengupayakan agar seluruh jamaah, termasuk difabel dan lansia, selalu ada pendamping dari petugas haji dan petugas haji juga secara proaktif melayani jamaah.

"Kalau petugas haji tidak bisa mengawasi terus-menerus, maka usahakan di antara anggota kelompoknya bertanggung jawab, kalau tidak cukup diarahkan ke ketua kelompok," katanya.

"Nanti saya hitung, walaupun nanti tidak bisa satu orang satu petugas, satu orang di rombongan bisa bertanggung jawab berapa yang lansia langsung koordinir selama ibadah haji, tapi ingat mereka semua ingin haji, ingin ibadah, jadi jangan sampai membebani jamaah lain," lanjutnya.

Baca juga: PPIH beri pendampingan ibadah bagi jamaah yang sakit
Baca juga: Cuaca di Mekkah panas, PPIH imbau jamaah jaga kesehatanBaca juga: Cuaca di Mekkah panas, PPIH imbau jamaah jaga kesehatan

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023