"Ada tiga lapisan (layer) yang akan membantu ketika panic button ditekan, pertama, tenaga kesehatan (nakes) yang akan berkeliling di wilayah area jamaah haji, kedua, tenaga dokter yang melekat di kloter, dan ketiga adalah klinik satelit yang memang sudah kita bangun secara terintegrasi," kata Wamenkes Dante Saksono Harbuwono pada evaluasi haji 2023 di Jakarta, Selasa.
Wamenkes juga menyampaikan bahwa sebagian besar penyakit yang terdeteksi pada jamaah lansia tahun ini paling banyak adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi, selain itu diabetes, dan paru-paru.
Baca juga: Cuaca di Mekkah panas, PPIH imbau jamaah jaga kesehatan
Baca juga: Kemenkes: KKHI lengkapi kebutuhan layanan kesehatan jamaah haji
"Tergantung kalau tempatnya jauh, itu siapa dan di mana petugas yang menangkap sinyal panic button itu, kalau layanan pos di hotelnya itu sangat cepat, tetapi misalnya jamaah sedang jalan-jalan di Mina, dan kebetulan tidak ada petugas, mungkin perlu waktu cukup lama," kata Muhadjir.
Muhadjir yang telah meninjau lokasi di Madinah juga sudah memperkirakan waktu tempuh yang dibutuhkan para nakes untuk segera menemukan jamaah yang menekan tombol darurat.
"Kalau kita lihat lokasi di Madinah tidak terlalu jauh pemukimannya dari Masjid Nabawi, kemudian di Makkah itu perlu perjalanan 10 menit kalau bus, jadi mestinya nggak sampai satu jam kalau ada panic button. Nanti kita coba koordinasikan juga dengan petugas yang disiapkan Saudi untuk menyediakan beberapa rumah sakit rujukan," tuturnya.
Wamenkes Dante juga mengingatkan suhu tinggi di Arafah yang mencapai 50 C, maka risiko kesehatan juga akan semakin meningkat, untuk itu Kemenkes juga telah membuat panduan heat stroke.
Baca juga: 26.192 calon haji rawat jalan di Arab Saudi
Baca juga: Kemenkes pastikan kesehatan jamaah haji Indonesia 2023 dikawal ketat
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023