Beijing, (ANTARA/PRNewswire)- Sekitar tiga perempat suplai air Beijing berasal dari waduk yang berjarak lebih dari 1.000 km di sebelah selatan ibu kota Tiongkok ini.




Waduk ini disebut Danjiangkou, titik awal dari rute pertengahan Proyek Pengalihan Air Selatan-Utara (South-to-North Water Diversion), Tiongkok, proyek pengalihan air terbesar di dunia. Level air di waduk yang terletak di Sungai Hanjiang telah ditingkatkan dari 14,6 meter menjadi 176,6 meter. Dengan demikian, air tersebut, terdorong akibat gravitasi, dapat mengalir ke wilayah yang rentan mengalami kekeringan. Proyek masif ini bermanfaat bagi lebih dari 150 juta orang selama delapan tahun terakhir, menurut Kementerian Sumber Daya Air Tiongkok.


Proyek Pengalihan Air Selatan-Utara ini memiliki tiga rute. Rute tengah merupakan rute terpenting karena berfungsi sebagai pasokan air bagi ibu kota Tiongkok. Mulai dari Waduk Danjiangkou di Provinsi Hubei, Tiongkok Tengah, rute ini membentang hingga provinsi Henan dan Hebei sebelum mencapai kota Beijing dan Tianjin. Rute ini mulai memasok air sejak Desember 2014.


Rute timur mulai beroperasi pada November 2013, mengirim air dari Provinsi Jiangsu, Tiongkok Timur, untuk sejumlah wilayah termasuk Kota Tianjin dan Provinsi Shandong.


Rute barat masih dalam tahap perencanaan dan belum selesai dibangun.


Bagi setiap negara, proses membangun megaproyek seperti ini memiliki tantangan besar. Sejumlah kesulitan yang dihadapi termasuk pekerjaan teknik hingga konservasi ekologi dan relokasi warga secara masif sepanjang rute.


Di Kecamatan Xichuan, Kota Nanyang, Provinsi Henan, sebanyak 367.000 harus dilokasi demi mendukung proyek tersebut.


Warga Desa Zouzhuang di kecamatan ini, biasa membudidayakan jagung dan gandum, kini memiliki mata pencaharian sebagai pengelola kebun buah kiwi. Dengan dukungan instansi setempat, warga tersebut kini memiliki penghasilan yang lebih besar ketimbang sebelumnya, menurut Zou Yuhua, seorang pejabat desa.


Bagaimana Tiongkok berhasil mengatasi segala kesulitan dan merealisasikan megaproyek tersebut? Banyak faktor yang berkontribusi pada keberhasilan Tiongkok, namun unsur utamanya adalah kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok (CPC).


"Selama prinsip fundamental tetap dijunjung, seluruh pekerjaan akan membuahkan hasil," kata Presiden Tiongkok Xi Jinping yang juga menjabat Sekretaris Jenderal Komite Sentral CPC dalam sebuah pertemuan yang membuka sesi pembelajaran sejarah Partai pada Februari 2021. Dia juga menggarisbawahi pentingnya kewenangan, serta kepemimpinan Komite Sentral CPC yang bersifat terpusat dan manunggal.


Keajaiban China


"Selama prinsip fundamental tetap dijunjung, seluruh pekerjaan akan membuahkan hasil."


Hal ini berasal dari "Lyu Shi Chun Qiu", atau "Master Lyu's Spring and Autumn Annals", karya klasik Tiongkok yang disusun sekitar 239 SM dalam kepemimpinan Lyu Buwei, Perdana Menteri Kekaisaran Qin. Artinya, jika Anda membuka jalinan tali, seluruh benda akan terjatuh pada tempat yang sama. Maka, Anda harus memegang kunci dari seluruh situasi agar semua hal tetap terkendali, dan Anda memperoleh hasil yang diinginkan.


Pepatah ini melatarbelakangi sistem politik Tiongkok pada masa kini, serta menjelaskan alasan Tiongkok yang mampu membangun megaproyek seperti Proyek Pengalihan Air Selatan-Utara. Dalam sistem Tiongkok, sel Partai berperan penting di setiap aspek ekonomi dan masyarakat, mulai dari jenjang teratas hingga desa. Dengan demikian, dalam naungan CPC, seluruh masyarakat bekerja dengan arah yang sama dan melayani kepentingan rakyat.


Hal tersebut merupakan keajaiban Tiongkok, dan berkat solidaritas 1,4 miliar rakyatnya, pekerjaan berat mudah tercapai.


"Kita harus menjunjung dan memperkuat kepemimpinan Komite Sentral Partai yang bersifat terpusat dan manunggal," jelas Xi ketika menyampaikan laporan kerja kepada Kongres Nasional CPC Ke-20 pada Oktober lalu.


"Kita akan meningkatkan sistem kepemimpinan agar Partai dapat memimpin dan mengoordinasikan pekerjaan seluruh pihak," jelasnya. "Langkah ini akan menjaga solidaritas dan persatuan Partai."


Kepemimpinan Partai menjadi kunci dari lancarnya proses relokasi warga desa di Kecamatan Xichuan. Agar warga desa dapat menjalani kehidupan baru dan lebih baik, instansi setempat memberikan pelatihan teknis tentang budi daya buah kiwi, serta menjual hasil panen secara kolektif lewat koperasi. Menurut Zou Yuhua, Desa Zouzhuang ingin memperluas lahan budi daya buah kiwi yang kini berkisar 33 hektar hingga 40 hektar menjadi 200 hektar pada masa mendatang.


Warga desa pun merasa puas dengan penghasilannya saat ini. "Kini, hampir setiap keluarga memiliki sebuah mobil," kata Zhou, sebagai gambaran bahwa relokasi merupakan kesempatan yang baik bagi warga desa.


https://news.cgtn.com/news/2023-06-01/Why-can-China-accomplish-a-mega-water-diversion-project--1kh6jaRlydG/index.html


https://youtu.be/U9Kl-HLDNKo

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2023