Perlu menanggapi tawaran perundingan Taliban itu dengan serius karena rakyat Pakisan menginginkan perdamaian

Islamabad (ANTARA News) - Pemimpin oposisi utama Pakistan Nawaz Sharif mendesak perundingan segera dengan Taliban dan menyerukan pemerintah menanggapi serius tawaran perdamaian bersyarat dari kelompok gerilyawan itu.

Faksi induk Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) meningkatkan serangan-serangan dalam bulan-bulan belakangan ini, yang menimbulkan kekhawatiran bahwa aksi kekerasan dapat menodai pemilihan umum yang menurut rencana akan diselenggarakan pertengahan Mei mendatang.

Dalam satu pesan video yang diserahkan kepada wartawan Ahad, kata juru bicara TTP Ehsanullah Ehsan, Taliban mengusulkan perundingan dengan Islamabad asalkan politisi-politisi tertentu, termasuk Sharif, bertindak sebagai penjamin.

Sharif menyambut baik usul perdamaian itu tetapi menolak menjadi penjamin.

"Perlu menanggapi tawaran perundingan Taliban itu dengan serius karena rakyat Pakisan menginginkan perdamaian," kata Sharif dalam satu pernyataan yang disiarkan surat-surat kabar lokal Jumat dan dikonfirmasikan oleh juru bicara partainya Siddiqul Farooq.

"Saya meminta pemerintah memprakarsai perundingan perdamaian yang berhasil dengan Taliban tanpa ditunda," tambah Sharif, yang menolak menjadi penjamin dengan alasan pemerintah memiliki kredibilitas untuk masalah itu.

Pada Desember, pemimpin TTP Hakimullah Mehsud, yang kepalanya dihargai 5 juta dolar AS oleh Amerika Serikat, mengatakan ia siap melakukan perundingan perdamaian tetapi menolak melucuti senjata para petempurnya.

Para pengeritik menuduh pihak berwenang tak berusaha memprakarsai perdamaian dengan TTP di masa lalu, menuduh perjanjian-perjanjian seperti itu memberikan waktu kepada kelompok gerilyawan itu menghimpun kekuatan kembali sebelum melancarkan serangan lebih jauh.

Pemilu tepat waktu akan merupakan transisi kekuasaan yang demokratik pertama dalam sejarah Pakistan. Media lokal baru-baru ini mengunggulkan Sharif kemungkinan besar akan menang dalam pemilu itu.
(RN/M016)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013