Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan keinginannya untuk bertemu secara berkala dengan Duta Besar Palestina di Jakarta, guna mendapatkan informasi langsung tentang perkembangan situasi di Palestina mengingat hingga kini Indonesia belum menempatkan perwakilan di Ramallah. Keinginan itu disampaikan Presiden ketika menerima surat kepercayaan dari Duta Besar Palestina untuk RI yang baru, Fariz Mehdawi, di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa. Mehdawi menggantikan duta besar Palestina sebelumnya, Ribhi Y. Awad. Pada Selasa pagi, selain menerima Fariz Mehdawi, Kepala Negara juga menerima surat kepercayaan dari Dubes Brunei Darussalam, Dato Paduka Haji Husin Bin Ahmad. "Presiden menyatakan ingin bertemu secara berkala dengan Dubes Mehdawi, selain untuk menyampaikan pesan kepada Presiden Mahmoud Abbas, juga untuk mendapatkan informasi tentang situasi terkini di Palestina," kata Juru Bicara Kepresidenan, Dino Patti Djalal. Yudhoyono menganggap pertemuan berkala tersebut penting untuk dilakukan karena saat ini belum ada perwakilan RI di Ramallah. "Kita sedang dalam proses untuk menunjuk utusan khusus yang akan ditempatkan di sana (Ramallah, red)," ujar Dino. Saat menerima Dubes Fariz Mehdawi, ujar Dino, Presiden juga mengatakan dirinya terus mengikuti perkembangan permasalahan politik di Palestina menyangkut isu referendum tentang konsep penyelesaian dua negara. Yudhoyono menyatakan harapannya agar semua pihak di Palestina mengedapankan persatuan yang kokoh dalam upaya mencari penyelesaian. "Presiden mengatakan Indonesia sendiri baru dapat mencapai kemerdekaan pada tahun 1945 dengan cara bersatu," kata Dino tentang pesan yang diberikan Yudhoyono. Jubir presiden itu mengungkapkan pesan yang sama tentang pentingnya persatuan yang kokoh juga disampaikan Presiden Yudhoyono kepada Menlu Palestina, Mahmoud Al Zahar, dalam kunjungan menteri tersebut ke Indonesia pada 26 Mei 2006. Presiden Mahmoud Abbas dari faksi Fatah dan Perdana Menteri Palestina Ismail Haniya dari Partai Hamas masih belum bersepakat tentang pelaksanaan referendum. Kendati belum mencapai kesepakatan, Presiden Pemerintah Otonomi Palestina Mahmoud Abbas dan Perdana Menteri Ismail Haniya pada Minggu (11/6) malam sepakat untuk melanjutkan pembicaran mengenai referendum, setelah mereka gagal mencapai kesepakatan tentang pelaksanaan referendum. Referendum yang diusulkan Mahmoud Abbas berlangsung pada 26 Juli 2006 itu akan meminta rakyat Palestina untuk memutuskan penyelesaian dua negara atas konflik Palestina. Fatah telah lama menerima gagasan mengenai negara Palestina yang berdampingan dengan Israel, sementara Hamas menolak untuk mengakui negara Yahudi tersebut. Dukung Palestina Dalam pertemuan dengan Mehdawi, Presiden juga kembali menegaskan dukungan penuh Indonesia bagi pembentukan negara Palestina yang merdeka, utuh dan berdaulat. Kepala Negara juga menekankan kembali kesiapan Pemerintah RI untuk membantu Palestina dengan memberikan dukungan politik, moral dan kemanusiaan bagi rakyat Palestina. Tentang bantuan kemanusiaan, Jubir Presiden mengatakan jenis serta jumlah bantuan dari Indonesia sedang ditentukan. "Tadinya tentang bantuan tersebut akan langsung disampaikan kepada Presiden Mahmoud Abbas dalam kunjungannya ke Jakarta," kata Dino. Mahmoud Abbas sebelumnya dijadwalkan mengunjungi Jakarta pada 23 Juni namun kunjungan tersebut ditunda karena adanya masalah politik dalam negeri menyangkut referendum. Dubes Fariz Mehdawi sendiri saat menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden Yudhoyono juga menyampaikan penyesalan Presiden Abbas karena terpaksa menunda kunjungan ke Indonesia. Sementara itu, Dino juga mengemukakan kembali imbauan Indonesia agar negara-negara di dunia seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan negara-negara lainnya kembali mengucurkan keran bantuan bagi Palestina. AS, Uni Eropa dan Israel adalah pihak-pihak yang telah melakukan embargo bantuan dana kepada Palestina setelah Hamas memenangi pemilu Palestina. Indonesia, ujar Dino, telah membujuk Uni Eropa melalui kepala urusan luar negerinya, Javier Solana, agar UE segera memberikan bantuan kepada Palestina. Saat ini kebutuhan dana Palestina mencapai sekitar 600 juta dolar AS. (*)

Copyright © ANTARA 2006