Demensia merupakan fenomena jamaah haji Indonesia tahun ini ... jumlahnya lebih banyak dibandingkan sebelumnya
Madinah (ANTARA) - Tingginya persentase jamaah calon haji lansia (65 tahun ke atas), yang mencapai 30 persen, memberikan banyak cerita dalam pendampingan. Salah satunya kepada calon haji yang mengalami demensia atau kondisi menurunnya daya ingat.
Sebut saja Juhani, calon haji dari Kampung Batujaya, Desa Baribis, Kecamatan Cigasong, Majalengka, Jawa Barat. Ia sempat tiba-tiba minta turun dari pesawat karena teringat ayamnya di kampung yang belum diberi makan.
Cerita peserta ibadah haji berusia 95 tahun ini viral setelah Yuyud Aspiyudin, petugas haji daerah Majalengka dan berada dalam satu pesawat dengan Juhani, mengambil video dan mengunggahnya ke media sosial.
Yuyud menceritakan, saat dalam pesawat perjalanan dari Majalengka ke Arab Saudi, Juhani sering bolak balik dari depan ke belakang dan berulang menceritakan ke penumpang lain soal ayamnya.
Begitu pesawat mendarat di Bandara Amir Mohammad bin Abdul Aziz (AMAA), Juhani meminta kepada pramugari maskapai Saudi Airline untuk keluar pesawat dengan maksud ingin memberi makan ayamnya.
Selain Juhani, ada juga Marsini Markim Tohir, yang tampak sehat dan lancar menceritakan tentang kelima anaknya dan menyebutkan asal daerahnya dari Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Nenek berusia 78 ini terlihat tidak bisa diam karena kerap ingin beranjak dari tempatnya duduk dan mengatakan ingin kembali ke rumahnya untuk mandi, bersiap-siap berangkat haji.
Marsini tidak ingat telah menempuh 9 jam lebih perjalanan menumpang pesawat terbang meninggalkan Tanah Air. Bahkan ia mengaku tengah menunggu suaminya yang baru membeli tembakau, padahal suaminya telah meninggal.
"Bapak membeli tembakau, tidak jauh dari sini," kata Marsini dalam bahasa Jawa sembari menunjuk arah di luar hotel tempat menginap selama sembilan hari di Madinah.
Demensia
Dua peserta ibadah haji tersebut merupakan sebagian contoh kasus demensia yang dipicu oleh disorientasi tempat, waktu, dan disorientasi orang-orang di sekitarnya.
Gejala-gejala yang bisa terlihat awal biasanya seperti mudah lupa, terutama untuk kejadian-kejadian yang baru saja dialami, kemudian sulit mempelajari hal baru, sulit konsentrasi, termasuk sulit mengingat waktu, dan tempat, terutama setelah mereka berpindah dari kampungnya ke embarkasi atau ke Tanah Suci.
“Demensia ini merupakan fenomena jamaah haji Indonesia tahun ini karena memang jumlah lansianya lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” kata dr. M. Imran pada konferensi pers secara virtual, Senin (5/6).
Pada jamaah yang mengalami demensia perlu diberikan stimulasi kognitif, mengajak pasien ngobrol, atau bersosialisasi dengan sekitar. Biasanya setelah terapi ini, ingatan pasien akan pulih kembali.
Namun, dr. Imran menekankan bahwa setelah pasien pulih harus tetap diwaspadai karena demensia ini sewaktu-waktu bisa muncul, terutama disebabkan kelelahan dan dehidrasi.
Demensia dapat dicegah
Penanganan dan antisipasi terjadinya demensia sangat penting dan menurut dr. Imran, gangguan daya ingat tersebut dapat dicegah.
“Demensia jamaah lansia memang masih bisa dicegah. Artinya jangan sampai menimbulkan gejala disorientasi. Salah satu pencegahannya adalah dengan stimulasi kognitif," kata dr. Imran.
Caranya bisa dengan mengajak jamaah haji itu bercerita dan bisa dilakukan oleh para pendamping dengan selalu mengajak mereka bersosialisasi, berdoa, zikir bersama, kemudian menghindari hal-hal yang bisa menyebabkan jamaah lansia menjadi lelah.
Bagi jamaah lansia oleh Imran sangat disarankan untuk beristirahat yang cukup dan tidak memaksakan diri beraktivitas di luar kegiatan ibadah haji karena hal itu dapat memicu kelelahan atau terjadi dehidrasi akibat paparan cuaca panas di Arab Saudi.
Imbauan dan edukasi
Penyelenggaraan ibadah haji tahun ini yang mengangkat tema "Haji Ramah Lansia" menjadi perhatian banyak pihak, terutama PPIH untuk dapat merealisasikannya. Salah satunya dengan terus melakukan edukasi dan menyampaikan ajakan kepada jamaah Indonesia agar menjaga kesehatan di tengah cuaca panas di Tanah Suci.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Liliek Marhaendro Susilo mengatakan pihaknya secara masif melakukan edukasi kepada seluruh jamaah haji Indonesia, terutama lansia dan yang mempunyai risiko tinggi (risti) kesehatan, untuk tidak memaksakan diri melakukan aktivitas fisik yang berlebihan.
"Sesuaikanlah dengan kemampuan masing-masing dalam beribadah. Kemudian bagi jamaah haji mandiri yang sehat, agar turut mengawasi dan memberikan pendamping terhadap jamaah lansia dan risti," katanya.
Jamaah haji juga diminta mewaspadai cuaca panas di Arab Saudi dengan selalu menggunakan alat pelindung diri seperti payung, masker, kaca mata hitam, semprotan air, dan alas kaki saat berada di luar hotel.
"Jadi semprotan air pun juga digunakan jika mereka mulai merasa kering di kulitnya supaya tidak terjadi iritasi di kulitnya," kata Liliek.
Kepada jamaah haji diminta rutin minum air minimal satu gelas atau 200 ml per jam dan tidak menunggu haus karena di Arab Saudi jarang merasa haus.
Sementara bagi jamaah yang memiliki penyakit komorbida, agar minum obat teratur sesuai anjuran dan memeriksakan diri secara rutin kepada tenaga kesehatan haji.
"Jika ada keluhan badan kurang sehat, segera hubungi petugas kesehatan terdekat, siapa pun petugas kesehatannya, supaya nanti bisa segera diberikan tindakan," kata Liliek.
Segala upaya dilakukan petugas haji Indonesia untuk memberikan pelayanan yang maksimal, termasuk kepada mereka para lansia yang mengalami demensia.
"Kami menganggap mereka ibu, bapak, juga nenek dan kakek kami. Jadi, segala upaya akan kami lakukan," kata Nur, seorang PPIH Arab Saudi Daerah Kerja Madinah.
Terkait Juhani dan Marsini, kondisi mereka makin membaik setelah ditangani tim kesehatan haji setiba di Bandara AMAA Madinah dan di tempat penginapan.
Bahkan saat Tim PPIH dari Media Center Haji (MCH) berkunjung, Juhani tampak sehat dan menunjukkan kebolehannya menyanyi dalam bahasa Jepang.
Marsini pun dalam keadaan sehat, bisa mengikuti tahapan ibadah dan sudah bergerak ke Mekkah. Alhamdulillah.
Editor: Achmad Zaenal M
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023