Risiko taktis bagi investor ekuitas dalam waktu dekat adalah bahwa Fed memang melewatkan pertemuan dan menaikkan suku bunga pada Juli dan bukan Juni
Singapura (ANTARA) - Pasar saham Asia melemah pada awal perdagangan Selasa, karena data ekonomi menunjukkan sektor jasa-jasa AS secara tak terduga melemah, memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve dapat melewatkan kenaikan suku bunga ketika bertemu minggu depan.
Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 514,37 poin. Nikkei Tokyo merosot 0,22 persen, sementara indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,73 persen menjelang keputusan kebijakan bank sentral Australia (RBA) di kemudian hari.
Saham-saham unggulan China CSI300 melemah 0,15 persen, sedangkan Indeks Hang Seng Hong Kong menyusut 0,07 persen.
Data semalam menunjukkan bahwa sektor jasa-jasa AS hampir tidak tumbuh pada Mei karena pesanan baru melambat, mendorong ukuran harga yang dibayarkan oleh bisnis untuk input ke level terendah tiga tahun, yang dapat membantu perjuangan Federal Reserve melawan inflasi.
Industri jasa-jasa menyumbang lebih dari dua pertiga ekonomi AS.
"Indeks mengirimkan sinyal lain bahwa permintaan mendingin dan pengetatan kumulatif bekerja melalui ekonomi, memberikan ruang bagi Fed untuk berhenti pada Juni guna menilai kondisi lebih lanjut," kata ahli strategi Saxo Markets dalam sebuah catatan kepada klien.
Serangkaian data ekonomi bersama dengan retorika dovish minggu lalu dari pejabat Fed telah menguatkan taruhan bahwa Fed menahan diri dari kenaikan suku bunga pada pertemuan 13-14 Juni.
Data pada Jumat (2/6/2023) menunjukkan penggajian non-pertanian (NFP) AS naik 339.000 pekerjaan pada Mei, tetapi lonjakan tingkat pengangguran ke level tertinggi tujuh bulan sebesar 3,7 persen menunjukkan pelonggaran dalam kondisi pasar tenaga kerja.
Pasar sekarang memperkirakan peluang 77 persen Fed untuk berdiri diam, lompatan tajam dari peluang 36 persen seminggu sebelumnya, menurut alat CME FedWatch.
"Risiko taktis bagi investor ekuitas dalam waktu dekat adalah bahwa Fed memang melewatkan pertemuan dan menaikkan suku bunga pada Juli dan bukan Juni," kata Gary Dugan, CIO Dalma Capital, dikutip dari Reuters.
"Semangat pertumbuhan, pagu utang sebagai masalah sekarang, dan Fed yang bergerak lambat mungkin hanya memicu reli lebih lanjut dalam ekuitas."
Di pasar minyak, harga mereda untuk menyerahkan sebagian besar keuntungan dari sesi sebelumnya setelah eksportir utama dunia Arab Saudi, mengatakan akan memangkas produksi lebih lanjut. Minyak mentah AS turun 0,25 persen menjadi 71,97 dolar AS per barel dan Brent berada di 76,55 dolar AS per barel atau turun 0,21 persen.
Ahli strategi Saxo mengatakan kekhawatiran resesi, tanda-tanda penurunan suku bunga Fed yang lebih kuat atau langkah-langkah stimulus China mungkin diperlukan untuk mengubah sentimen di pasar energi.
"Tetap saja, risiko pasar yang lebih ketat di paruh kedua tetap dengan fokus OPEC untuk memastikan stabilitas pasar."
Di pasar mata uang, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,01 persen. Yen melemah 0,04 persen menjadi 139,62 per dolar, sementara sterling terakhir turun 0,01 persen menjadi 1,2436 dolar.
Dolar Australia melemah 0,02 persen menjadi 0,661 dolar AS karena para pedagang menunggu keputusan kebijakan dari bank sentral negara tersebut.
"Kami memperkirakan RBA akan membiarkan suku bunga ditahan," kata analis di Commonwealth Bank of Australia dalam sebuah catatan.
Tetapi keputusan untuk menaikkan upah minimum sebesar 5,75 persen mulai 1 Juli meningkatkan risiko RBA menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, tulis analis CBA.
Di pasar uang kripto, bitcoin bertahan di 25.657,98 dolar AS, setelah turun lebih dari 5,0 persen semalam setelah regulator sekuritas AS menggugat bursa kripto Binance, sebagai pukulan besar lainnya bagi industri.
Baca juga: IHSG diperkirakan variatif seiring penurunan inflasi dalam negeri
Baca juga: Saham China dibuka melemah, indeks Shanghai tergelincir 0,12 persen
Baca juga: Wall Street ditutup melemah, investor bidik pertemuan Fed berikutnya
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023