Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 23 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 76,48 dolar AS per barel
Singapura (ANTARA) - Harga minyak melemah di awal perdagangan Asia pada Selasa pagi, menyerahkan sebagian besar keuntungan sesi sebelumnya yang mengikuti pengumuman eksportir utama dunia, Arab Saudi, bahwa ia akan memangkas produksi lebih lanjut.
Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 23 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 76,48 dolar AS per barel pada pukul 00.20 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 25 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 71,90 dolar AS per barel.
Brent telah naik sebanyak 2,6 dolar AS pada Senin (5/6/2023) dan minyak mentah AS naik sebanyak 3,3 dolar AS beberapa jam setelah Arab Saudi mengatakan produksinya akan turun 1 juta barel per hari (bph) menjadi 9 juta barel per hari pada Juli.
Pemotongan sukarela, yang terbesar di Arab Saudi dalam beberapa tahun, berada di atas kesepakatan yang lebih luas oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu termasuk Rusia untuk membatasi pasokan hingga 2024 karena OPEC+ berupaya untuk meningkatkan harga minyak yang lesu.
OPEC+ memompa sekitar 40 persen minyak mentah dunia.
Namun, banyak dari pengurangan yang diumumkan setelah pertemuan OPEC di Wina pada Minggu (4/6/2023) mungkin tidak berdampak nyata karena kelompok tersebut menurunkan target untuk Rusia, Nigeria, dan Angola agar sesuai dengan tingkat produksi aktual saat ini.
Pelaku pasar sekarang menunggu untuk melihat apakah Federal Reserve AS akan menaikkan atau mempertahankan suku bunga pada Juni untuk isyarat perdagangan lebih lanjut. Suku bunga yang lebih tinggi dapat mengekang permintaan energi.
Data pada Senin (5/6/2023) yang menunjukkan bahwa sektor jasa-jasa AS hampir tidak tumbuh pada Mei karena pesanan baru melambat memicu harapan bahwa Fed akan menahan diri untuk menaikkan suku bunga.
Pedagang mematok peluang Fed menghentikan kenaikan suku bunga pada pertemuan 13-14 Juni sebesar 78 persen, menurut Alat CME FedWatch.
Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde pada Senin (5/6/2023) mengakui "tanda-tanda moderasi" dalam inflasi inti di zona euro tetapi menegaskan kembali terlalu dini untuk menyebut puncak dalam ukuran utama pertumbuhan harga, meningkatkan ekspektasi untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut dari ECB bulan ini dan seterusnya.
Baca juga: Minyak naik karena lebih banyak pengurangan produksi anggota OPEC+
Baca juga: Saham Asia menguat, minyak melonjak setelah Saudi potong produksi
Baca juga: Minyak naik di Asia berkat rencana Saudi perdalam pengurangan produksi
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023