Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menegaskan bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) bukan satu-satunya cara untuk mengendalikan banjir di Jakarta.
"Jadi hanya mengurangi potensi banjir sekitar 30 persen," kata Kepala Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan BPPT Tri Handoko Seto pada keterangan pers tentang Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jakarta, Jumat.
TMC, ujar dia, hanya mengendalikan dari sisi potensi curah hujan, sementara ketika sudah turun menjadi hujan, pengendalian sepenuhnya ada di sarana prasarana pengendalian banjir yang ada di Jakarta seperti kawasan penyerapan, sistem drainase, dan lainnya.
Banjir yang tetap terjadi di Jakarta pada 6 februari lalu, menurut dia, bukan berarti kegagalan TMC, karena tanpa TMC, banjir bisa jadi lebih besar lagi.
Pada 6 Februari, telah dilakukan empat kali operasi penyemaian (penerbangan) dengan bahan yang disemai mencapai 11 ton, ujarnya.
Strategi TMC, ujarnya, adalah bagaimana agar hujan tidak terlalu banyak turun di kawasan yang akan menimbulkan banjir, dengan demikian diturunkan di kawasan lainnya yang tak rawan banjir.
"TMC mengupayakan awan hujan tidak masuk ke Jakarta, atau sedikitnya berkurang, misalnya potensi curah hujan 1 ton diupayakan menjadi hanya 500 kg. Kita juga mencegah awan bertumbuh menjadi awan kumulunimbus yang sangat besar," katanya.
Ia mengakui, penduduk di kawasan tempat dijatuhkannya hujan seringkali protes karena daerahnya yang seharusnya kering menjadi hujan.
Sedangkan Ilmuwan senior UPT Hujan Buatan BPPT Mimin Karmini mengutip Kepala Dinas PU DKI pada 1997, Jakarta masih sanggup menerima curah hujan sampai sebesar 120 mm dalam 24 jam.
"Jadi seluruh sarana yang ada di DKI Jakarta masih mampu menerima jumlah air sebesar 120 mm turun dalam 24 jam tanpa terjadi banjir yang membahayakan. Tapi jika jumlah curah hujan lebih dari itu, maka terjadinya genangan air di Jakarta tak bisa lagi dicegah," katanya.
Sejak dilakukannya teknologi modifikasi cuaca (TMC) di Jakarta pada 26 Januari, menurut dia, telah 28 sorti penerbangan dikerahkan untuk menyebarkan 93,6 ton bahan semai bubuk NaCl, dimana 21 sorti menggunakan Hercules A-1323 milik TNI AU dengan posko Halim Perdanakusuma serta tujuh sorti menggunakan pesawat Casa U-616 milik TNI AL dengan posko Pondok Cabe.
Pihaknya juga mendapat tambahan pesawat Casa dari PT Dirgantara Indonesia untuk memperkuat penanggulangan bencana banjir.
(*)
Pewarta: Oleh Dewanti Lestari
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013