Terutama pada lansia, karena ada sensasi haus lansia yang sedikit lambat, harus diingatkan. Mereka kadang-kadang sibuk berdoa, tidak ingat minum, jadi untuk sekitarnya dan tim medisnya dalam satu rombongan semua harus saling mengingatkan

Jakarta (ANTARA) - Pemerhati Kesehatan Reisa Broto Asmoro mengimbau jamaah haji untuk mewaspadai bahaya terkena heat stroke atau sebuah kondisi dimana tubuh tidak dapat mengontrol suhu badan akibat sengatan cuaca yang amat panas selama beribadah di Tanah Suci.

“Kala dilihat suhunya sebenarnya bisa sampai 40 derajat Celsius lebih. Ini memang biasa terjadi di bulan Mei-Juni, masuk musim panas. Jadi di sana suhunya pasti tinggi apalagi kalau di Madinah, kelembaban udaranya lebih rendah, jadi harus kita antisipasi,” kata Reisa dalam Siaran Sehat yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Karena pada tahun ini banyak lansia yang ikut menjadi peserta jamaah haji, kata dia, setiap pihak harus saling memerhatikan kesehatan satu sama lain selama di Tanah Suci.

Menurutnya, meski masyarakat Indonesia terbiasa hidup dengan iklim tropis dan terbiasa dengan panas, tetap terdapat kemungkinan jamaah tidak terbiasa beraktivitas di bawah sinar matahari, sehingga dikhawatirkan terserang heat stroke.

Baca juga: Di Saudi panas, jamaah diimbau tak lupa minum hingga pakai tabir surya

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 itu menyebut penyebab terjadinya heat stroke adalah dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh. Ia menyebut ibadah haji merupakan aktivitas fisik yang mengharuskan jamaah berjalan jauh, yang menyebabkan cairan tubuh mudah berkurang dengan cepat tanpa disadari.

Kondisi itu berisiko membuat jamaah mengalami gejala dehidrasi yang dimulai dari haus, dilanjutkan dengan pusing, lemas, banyak berkeringat, kram otak, hingga pingsan atau langsung terkena heat stroke.

Bila terkena heat stroke, katanya, peserta pasti sudah terkena heat exhaustion atau kondisi dimana jumlah cairan yang keluar dari tubuh lebih banyak dibandingkan perkiraan jumlah cairan yang dikonsumsi. Bila suhu tubuh terus meningkat, bisa pula terjadi gangguan seperti stroke dan gangguan otak, jantung atau ginjal, sehingga tim medis harus bergerak cepat untuk menyelamatkan jamaah.

“Terutama pada lansia, karena ada sensasi haus lansia yang sedikit lambat, harus diingatkan. Mereka kadang-kadang sibuk berdoa, tidak ingat minum, jadi untuk sekitarnya dan tim medisnya dalam satu rombongan semua harus saling mengingatkan,” ujarnya.

Baca juga: Jamaah haji diimbau waspadai cuaca panas di Madinah

Agar terhindar dari heat stroke, kata dia, jamaah tetap mengonsumsi cairan paling tidak meminum 250 mili air setiap satu jam agar cairan tubuh tetap terjaga. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan membawa payung, semprotan air, bawa kipas agar terhindar dari sengatan cuaca panas.

Reisa turut mengimbau semua jamaah haji yang berada di Tanah Suci untuk tetap merawat kondisi kakinya dengan menggunakan alas kaki, agar telapak kaki tidak melepuh akibat berjalan jauh di jalanan yang panas, termasuk menjaga saluran pernafasannya sehingga terhindar dari Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) yang memicu batuk dan pilek.

“Ini yang harus hati-hati dan harus disiapkan dengan perawatan kakinya agar jangan sampai melepuh di sana. Alas kaki pastikan dengan nyaman dan selalu digunakan selama berada di sana,” kata Reisa.

Baca juga: Jamaah alami "heat stroke" sehat kembali dengan rompi penurun suhu
Baca juga: Rompi penurun suhu pertolongan pertama pasien heat stroke di Armuzna

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023