Sumut pernah mengalami harga daging ayam ras lebih tinggi yakni sekitar Rp37 ribu per kilogram pada Januari 2022

Medan (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara meminta Pemerintah Provinsi Sumut untuk mengantisipasi kenaikan harga daging ayam ras dan penurunan harga cabai merah di wilayahnya pada beberapa bulan terakhir.

"Level harga daging ayam mencapai Rp34 ribu per kilogramnya (pada Mei 2023-red). Ini sangat tinggi. Oleh karena itu perlu diantisipasi stok daging ayam rasnya," ujar Kepala BPS Sumut Nurul Hasanudin dalam pernyataan resmi yang diikuti secara daring di Medan, Senin.

Berdasarkan catatan BPS Sumut, rata-rata harga daging ayam ras di Sumut pada Mei 2023 adalah Rp34.160, lebih tinggi daripada bulan sebelumnya, April 2023 yaitu Rp29.130.

Tingginya harga daging ayam ras tersebut membuat komoditas itu menjadi salah satu penyumbang tertinggi (0,17 persen) inflasi bulanan Sumut pada Mei 2023 yang tercatat 0,27 persen.

"Sumut pernah mengalami harga daging ayam ras lebih tinggi yakni sekitar Rp37 ribu per kilogram pada Januari 2022," tutur Nurul.

Selain itu, dia juga mengingatkan soal harga cabai merah yang cenderung semakin rendah.

Seusai mencatatkan harga dengan rata-rata Rp38.800 per kilogram pada Februari 2023, harga cabai merah di Sumut terus menurun hingga menyentuh rata-rata Rp16.900 per kilogram pada Mei 2023.

"Harga cabai merah ini terkoreksi cukup dalam," kata Nurul.

Nilai itu membuat cabai merah menjadi salah satu dari lima komoditas penyumbang deflasi terbesar di Sumut pada Mei 2023 secara bulan ke bulan (0,16 persen).

Terkait tingginya harga daging ayam ras, pengamat ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Gunawan Benjamin menyebut bahwa hal itu terjadi karena produsen mengendalikan stok.

"Ketika Ramadhan, produsen memperbanyak stok tetapi ternyata masyarakat irit belanja sehingga harga daging ayam sempat turun. Oleh karena itu, mereka mengendalikan stok sehingga harganya naik bahkan menyentuh Rp37 ribu-Rp40 ribu per kilogram. Jadi, kenaikan harga bukan karena tingginya permintaan tetapi lantaran produsen mengendalikan stok," ujar Gunawan.

Lalu soal cabai merah, dia menilai, optimisme petani yang terlalu besar menjadi salah satu alasan kenapa harganya masih rendah.

Menurut Gunawan, para petani memprediksi permintaan akan cabai merah tinggi saat Ramadhan dan Lebaran, sehingga mereka sudah menanam banyak komoditas hortikultura tersebut bahkan sejak akhir tahun 2022.

Akan tetapi, yang terjadi ternyata masyarakat memilih untuk mengerem belanja saat Ramadhan dan Lebaran. Itu membuat harga bahan-bahan pangan termasuk cabai merah turun.

Permintaan cabai merah yang tidak signifikan sepanjang Ramadhan dan Lebaran membuat stok melimpah.

Baca juga: Pengamat: Sumut berpotensi inflasi pada Mei jika harga cabai melambung
Baca juga: Pengamat minta Pemprov Sumut antisipasi deflasi tiga bulan beruntun

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023