New York (ANTARA News) - Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengumumkan perlunya dana sebilai 18,9 juta dolar Amerika Serikat (AS) untuk membantu Timor Timur (Timtim) yang sekitar 133.000 rakyatnya harus menjadi pengungsi akibat konflik bersaudara yang melanda negara termuda dan termiskin tersebut.Koordinator bantuan kemanusian darurat PBB, Jan Egeland, kepada wartawan di Sekretariat PBB, New York, Senin (12/6), mengatakan bahwa dana tersebut diperlukan setidak-tidaknya untuk tiga bulan ke depan sambil menunggu perkembangan situasi."Kita harapkan dalam tiga bulan ke depan situasi politik dapat kembali normal, jika tidak, maka operasi kemanusiaan perlu dilanjutkan," kata Elegand. "Saat ini ribuan orang sudah berminggu-minggu mengunggsi dan memerlukan bantuan kita," tambahkan Egeland. Sejumlah negara, diantaranya Jepang sudah menyampaikan komitmennya untuk membantu. Berdasarkan pendataan dari agen-agen PBB dan institusi lainnya, sekitar 70.000 orang saat ini masih mengungsi di 55 lokasi di kota Dili, ibukota Timtim. Selain itu, ada sekitar 63.000 orang mengungsi di berbagai tempat negara tersebut. Kondisi di tempat penampungan tersebut cukup menyedihkan lantaran terlalu penuh dan kotor. Kehidupan sangat sulit, khususnya bagi perempuan dan anak-anak, kata Egeland. PBB, tambahnya, bekerjasama dengan Pemerintah Timtim dan institusi kemanusiaan lainnya dalam menjangkau orang-orang yang memerlukan bantuan di tempat-tempat penampungan. Timtim dilanda kerusuhan setelah Perdana Menteri (PM) Mari Alkatiri dan Panglima Tentara (FDTL) Brigjen Matan Ruak, memecat sekitar 600 dari 1.400 tentaranya. Pemberontakan para tentara yang dipecat itu pun meluas dan salah satu tuntutannya adalah meminta PM Mari Alkatiri mengundurkan diri. Sementara itu Dewan Keamanan PBB hari Selasa merencanakan pembahasan khusus mengenai Timor Leste. Kantor PBB di Timtim (UNOTIL) mandatnya akan berakhir 20 Juni 2006. Perwakilan Khusus Sekjen PBB di Timtim, Sukehiro Hasegawa, akan menyampaikan laporan terakhir mengenai perkembangan di negara tersebut. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006