Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan perekonomian Indonesia masih dalam taraf yang ekspansif, namun tetap perlu berhati-hati dengan risiko dari dinamika perekonomian global.
“Perekonomian kita masih ekspansif. Di satu sisi, tetap optimis. Tapi, di sisi lain tetap harus hati-hati, karena memang risikonya cukup nyata,” kata Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Jakarta, Senin.
Dalam paparannya, Menkeu menjelaskan pertumbuhan ekonomi mitra dagang masih tertekan, khususnya Amerika Serikat dan Eropa.
Meski perekonomian AS masih tangguh dan tidak masuk ke dalam jurang resesi, namun pertumbuhannya hanya sedikit berada di atas 1 persen. Sementara rata-rata pertumbuhan ekonomi di Eropa hanya berkisar 0 persen hingga 1 persen.
Di sisi lain, China mengalami pertumbuhan yang moderat, yakni di kisaran 3 persen pada kuartal I-2023. Pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dari prakiraan sebelumnya ketika mereka membuka kembali perekonomian dan mobilitas masyarakatnya.
Baca juga: Menkeu sebut pemulihan ekonomi terjadi merata di seluruh wilayah RI
“Ini menggambarkan bahwa higher for longer bisa menghasilkan perekonomian weaker for longer juga, baik untuk Eropa, Amerika, dan eksternal kita, termasuk RRT (Republik Rakyat Tiongkok),” ujar Menkeu.
Bendahara Negara menambahkan, China berencana memformulasikan kebijakan baru untuk mendongkrak kembali perekonomiannya, terutama yang berkenaan dengan sektor properti.
Ia berharap kebijakan baru tersebut dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi China, dunia, serta Indonesia. Sebab, perekonomian China yang tertahan membuat permintaan komoditas ke Indonesia turut melemah, sehingga kinerja ekspor dan impor mulai menunjukkan kecenderungan yang terkoreksi.
Sementara itu, di Indonesia beberapa indikator aktivitas perekonomian masih ekspansif. Hal itu tercermin pada optimisme masyarakat yang menguat serta peningkatan Mandiri Spending Index.
Baca juga: BI proyeksikan pertumbuhan ekonomi global capai 2,8 persen pada 2024
Namun, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur menunjukkan kinerja yang perlu diwaspadai. Data terbaru menunjukkan PMI berada di level 50,3 pada Mei 2023, lebih rendah dari indeks April 2023 yang tercatat sebesar 52,7.
“Ini melemah dibanding bulan lalu. Namun, kita masih ekspansif. Kalau kita lihat negara-negara lain masih kontraktif, bahkan Vietnam yang selama ini dalam posisi kuat juga sedang dalam posisi kontraktif untuk PMI-nya,” jelas Sri Mulyani.
Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023