Ancaman bencana harus diantisipasi dengan langkah - langkah nyata yang dapat mengurangi dampak atau risiko yang dapat timbul,"
Padang (ANTARA News) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif menyatakan masyarakat terus meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi gempa bumi dan tsunami.
Indonesia termasuk rawan bencana geologis termasuk gempa bumi dan tsunami disebabkan daerah pertemuan tiga lempengan tektonik yakni Lempeng Eurasi, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik.
"Ancaman bencana harus diantisipasi dengan langkah - langkah nyata yang dapat mengurangi dampak atau risiko yang dapat timbul," kata Syamsul Maarif di Padang, Kamis.
Menurut dia, Sumbar merupakan salah satu daerah yang mempunyai resiko tinggi terhadap ancaman gempabumi dengan kekuatan besar yang akan memicu terjadi tsunami di wilayah pesisir Sumatera Barat dan Kepuluan Mentawai.
"Berbagai kerentangan dimiliki wilayah itu antara lain kondisi topografi wilayah, minimnya saran dan prasarana evakuasi, kekuatan bangunan terhadap gempa bumi dan tsunami, selanjutnya kesiapan pemerintah dan masyarakat dalam melakukan evakuasi mandiri," ungkap dia.
Saat terjadi gempa dan Tsunami di Kabupaten Kepuluan Mentawai tahun 2010, lanjut Syamsul Maarif telah menjadi perhatian para ahli dari berbagai bidang terkait baik Nasional dan Internasional.
Dia mengatakan, untuk ancaman bencana tsunami, pemerintah Indonesia menyusun master plan pengurungan resiko bencana tsunami yang mencakup empat program utama.
"Master plan pengurangan resiko bencana tsunami yakni penguatan rantai peringatan dini tsunami, pembangunan dan peningkatan tempat evakuasi sementara, penguatan kapasitas kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana, serta pembangunan kemandirian kebencanaan,"kata dia.
Menurut dia, bencana gempa dan tsunami di Indonesia telah terjadi berkali-kali dan menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit. Gelombang tsunami yang menyebabkan korban jiwa paling banyak dilaporkan.
"Catatan sejarah tsunami di Indonesia menunjukan bahwa kurang lebih 172 tsunami yang terjadi dalam kurung waktu antara tahun 1600 hingga 2012,"ujar dia.
Bencana tsunami yang terjadi di Indonesia diakibatkan gempa-gempa dangkal dan kuat yang terjadi di dasar laut. "Gempa-gempa tersebut mempunyai kedalaman bervariasi antara 13 sampai 95 km, magnitudo 5,9 sampai 7,5 SR, intensitas gempa antara VII sampai IX dalam skala MMI (Mo-dified Mercalli Intensity), dan jenis pensesaran gempa yang dominan adalah sesar naik,"jelas Syamsul.
Dia menambahkan, sebagai salah satu negara yang rawan bencana, pemerintah Indonesia memahami penting upaya pengurangan resiko dari ancaman nyata tersebut dengan cara meningkatkan kesiapsigaan melalui latihan bersama untuk memperkuat sistem peringatan dini dan sistem komando tanggap darurat bencana.
"BNPB bersama didukung beberapa kementerian atau lembaga terkait akan menyelenggarakan rangkaian kegiatan latihan melibatkan sipil-militer dari negara anggota Asean serta negara - negara yang yang tergabung dalam East Asia Summit, seperti China, Jepang, Korea, India, Selandia Baru, Australia, Amerika dan Rusia," ujar dia.
(KR-ZON/M019)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013