Jakarta (ANTARA) - Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) optimistis ketersediaan dan stabilitas gula nasional pada tahun ini terkendali seiring dengan telah dimulainya masa giling tebu di berbagai Pabrik Gula (PG) di Tanah Air.

"Kita menargetkan giling pada tahun ini menghasilkan produktivitas dan rendemen yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya, sehingga dapat meningkatkan stok gula nasional, memastikan Cadangan Gula Pemerintah di BUMN Pangan tersedia, dan mengurangi angka importasi gula pada tahun depan,” kata Sekretaris NFA Sarwo Edhy dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.

Sarwo yang meresmikan langsung Pembukaan Giling di PG Jatitujuh, milik PT PG Rajawali II anak perusahaan ID FOOD, di Majalengka, Jawa Barat, mengatakan dengan dimulainya masa giling secara serentak di pertengahan tahun ini, maka pasokan gula dalam negeri akan meningkat signifikan.

“Kondisi ini baik untuk menjaga stabilisasi pasokan dan harga gula nasional, khususnya memastikan ketersediaan Cadangan Gula Pemerintah,” ucapnya.

Berdasarkan Prognosa Pangan Nasional, rencana produksi gula konsumsi pada musim giling tahun ini sebesar 2,6 juta ton atau lebih tinggi dari produksi tahun 2022 sebanyak 2,4 juta ton sesuai data Kementerian Pertanian.

Adapun kebutuhan gula nasional sebesar 3,4 juta ton dalam satu tahun.

Menurut dia, masih dibutuhkan pengadaan dari luar untuk menutupi kekurangannya. Namun, rencana pengadaan gula konsumsi pada tahun ini lebih kecil dibandingkan tahun lalu.

“Tahun ini rencana pengadaan dari luar di bawah 1 juta ton, sementara tahun 2022 masih di atas 1 juta ton. Ini langkah awal yang baik untuk memperkuat industri gula nasional kita," sebutnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama ID Food Frans Marganda Tambunan mengungkapkan optimismenya bahwa musim giling tahun 2023 merupakan momentum kebangkitan industri gula nasional.

"Dari hasil kunjungan ke pabrik gula yang ada di bawah PG Rajawali II, saya dapatkan progres positif seperti pertambahan lahan, kemudian PG Sindanglaut yang tiga tahun tutup beroperasi kembali menjalankan aktivitas giling," ujarnya.

Kemudian, lanjut dia, pihaknya juga mendapatkan update penggunaan mekanisasi dan pupuk limbah organik. Ini menguatkan harapan kita bahwa kebangkitan industri gula RNI dimulai dari Jawa Barat.

Meningkatnya produksi tebu di wilayah Jawa Barat diakui oleh Direktur Utama PT PG Rajawali II Wahyu Sakti yang membawahi lima pabrik gula di Jawa Barat.

Menurutnya, dalam jangka waktu tiga tahun terakhir dari tahun 2021 hingga 2023 terjadi peningkatan produksi secara berturut-turut, dari 9 juta kuintal pada tahun 2021, 10,5 juta kuintal pada tahun 2022 dan meningkat lagi menjadi 11,5 juta kuintal pada tahun 2023.

"Setiap tahun PT PG Rajawali II mengalami kenaikan produksi. Hari ini kita siap mulai giling dengan total produksi tebu mencapai 5,6 juta kuintal dengan rendemen 7,5 persen," ujar Wahyu.


Baca juga: Pemerintah siapkan 700 ribu hektare lahan untuk dukung swasembada gula

Baca juga: Kemenperin pantau produksi gula di RMI Blitar

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023