"Tapi secara umum saya dapat kategorikan bahwa stabilitas makro ekonomi kita masih cukup terjaga, seperti ditunjukkan angka-angka inflasi year on year yang cenderung menurun dan Januari sampai sekarang cenderung mulai menurun secara terus menerus," kJakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah mengatakan jumlah kredit investasi yang diharapkan dapat mendorong perekonomian nasional justru menurun dalam lima bulan ini. "Selama lima bulan pertama tahun 2006 ini, kredit naik sebesar Rp10,7 triliun dengan kecenderungan konsumsi dan kredit modal kerja lebih besar daripada kecenderungan kredit investasi. Bahkan di dalam beberapa saat terakhir ini ada tanda-tanda menurun," kata Burhanuddin di kantor presiden Jakarta, Senin. Penurunan kredit investasi ini, lanjutnya juga bisa dilihat dari berbagai sinyal dalam berbagai kegiatan industri nasional seperti penurunan penjualan semen, truk, kendaraan bermotor, dan mobil yang sampai sekitar 55 persen. Penurunan ini, tambah Burhanuddin kemudian berimplikasi terhadap penurunan kredit yang disalurkan perbankan, bahkan justru membuat tingkat kredit bermasalah agak meningkat. "Meskipun demikian, saya bisa katakan bahwa non-performing loan perbankan kita masih di bawah 9 persen, sekitar 8,2 persen. Ini saya kira level masih yang cukup baik," katanya. Mengenai kondisi moneter, Burhanuddin mengatakan saat ini berada pada situasi yang belum mantap sehingga tekanan terhadap nilai tukar cukup tampak. "Tapi secara umum saya dapat kategorikan bahwa stabilitas makro ekonomi kita masih cukup terjaga, seperti ditunjukkan angka-angka inflasi year on year yang cenderung menurun dan Januari sampai sekarang cenderung mulai menurun secara terus menerus," katanya. Hal ini, katanya membuka kemungkinan bagi otoritas moneter untuk pada waktunya nanti bisa membuka kembali ruang bagi penurunan suku bunga agar investasi yang kita harapkan mulai masuk baik oleh institusi usaha-usaha corporate di dalam negeri, baik yang berasal dari kredit maupun investasi asing langsung. Mengenai neraca pembayaran, Burhanuddin menilai surplus sebesar 3,4 miliar dolar AS di kuartal I tahun ini sangat disayangkan karena berarti impor barang modal menurun. "Itu artinya bahwa investasi kita belum seperti yang kita harapkan," katanya. Ke depan, dari survei yang dilakukan BI mengenai `consumer confidence` dan tentang `pedagang eceran` menunjukkan bahwa konsumen dan para pedagang eceran masih cukup yakin bahwa semester ke II tahun 2006 ini adalah semester yang akan baik. "Sehingga kita berharap semester II tahun 2006 pertumbuhan ekonomi akan semakin meningkat. Ada kemungkinan `current account surplus` akan berkurang tetapi berkurangnya surplus itu karena investasi yang meningkat," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006