Johannesburg (ANTARA News) - Nigeria bermain melawan Burkina Faso pada Minggu di final Piala Afrika 2013, merupakan hal yang tidak terpikirkan ketika turnamen ini dimulai pada pertengahan Januari.

Elang-elang Super Nigeria bahkan tidak lolos ke kejuaraan 2012 yang dilangsungkan di Gabon/Equatorial Guinea, dan hanya sedikit pihak yang percaya negara Afrika Barat ini berpeluang mencapai babak delapan besar kali ini.

Namun jika kehadiran Nigeria di Stadion Soccer City di kota Soweto yang berkapasitas 90.000 penonton akan menjadi kejutan - penampilan Burkina Faso merupakan hal yang sensasional.

Secara kasat mata, mereka terlihat seperti sekelompok pesepak bola yang sama dengan tim yang tersingkir pada putaran pertama tahun lalu setelah kalah di tiga pertandingan, dan mereka tiba di Afrika Selatan dengan rekor memalukan yakni laju 17 pertandingan tanpa kemenangan selama 15 tahun.

Sekarang, tim yang bermain imbang 1-1 pada putaran pembuka Grup C sejak Alain Traore yang cedera menyamakan kedudukan empat menit menjelang pertandingan usai untuk Burkina Faso, akan kembali bertanding untuk memperebutkan hadiah sebesar 1,5 juta dolar dan satu tempat di Piala Konfederasi 2013.

Tim ini melalui rute yang kontras menuju semifinal dengan Nigeria mencetak dua gol dalam waktu enam menit, untuk membangun keunggulan 4-1 atas Mali di Durban.

Burkina Faso menangi adu penalti 3-2 atas Ghana di kota Timur Laut Nelspruit, setelah bermain imbang 1-1 di mana sang pemenang sempat dihukum penalti, golnya tidak disahkan dan seorang pemainnya mendapat kartu merah.

Jonathan Pitroipa banyak berkontribusi kepada Burkina Faso dengan kecepatannya di posisi sayap, namun ia akan absen pada pertandingan final setelah mendapatkan kartu kuning kedua pada kejadian yang jika dilihat melalui layar raksasa justru ia yang dilanggar.

Pelatih Burkina Faso Paul Put tidak dapat menahan kekecewaannya. "Keputusan-keputusan wasit merupakan skandal. Kami kehilangan Pitroipa untuk final - ia sangat penting bagi kami," katanya.

Kapten Charles Kabore menambahi, "Wasit adalah manusia - semua manusia melakukan kesalahan - namun itu terjadi terlalu banyak pada malam ini. Kami tidak mengeluhkan itu, kami telah lolos."

Kapten sekaligus penyerang Ghana Asamoah Gyan mengakui, "Tim yang lebih baik memenangi adu penalti. Kami semua benar-benar sedih - itu normal - namun kami harus membangun semangat untuk pertandingan play off peringkat ketiga dengan Mali."

Nigeria mengekspos pertahanan Mali yang lambat untuk unggul 3-0 pada babak pertama melalui gol-gol yang dicetak Elderson Echiejile, Brown Ideye, dan Emmanuel Emenike, yang golnya mungkin akan ditinjau ulang oleh panitia penyelenggara sebab bola berubah arah karena mengenai Momo Sissoko.

Emenike dan Mubarak Wasso dari Ghana berbagi peringkat pertama dengan masing-masing mencetak empat gol, dan akan mendapat penghargaan sepatu emas.

Ahmed Musa, yang masuk untuk menggantikan gelandang bintang Victor Moses yang cedera, menambahi gol keempat pada menit ke-60 sebelum pemain pengganti lainnya, Fantamady Diarra, mencetak satu gol hiburan.

"Mali adalah tim yang bagus dengan pemain hebat dalam diri Seydou Keita, namun mereka tidak sangat cepat di belakang dan kami mengambil keuntungan dari itu untuk mencetak dua gol pertama kami," kata pelatih Nigeria Stephen Keshi.

Pelatih Mali Patrice Carteron berkata, "Saya tetap bangga terhadap tim ini - kami bekerja keras meski kami tidak mencapai final. Sekarang kami harus mencoba dan menyamai penampilan tahun lalu dan finish di peringkat ketiga."

Dengan Nigeria yang melaju dengan penampilan apik, panggung final dipersiapkan untuk pertandingan melawan Ghana yang memiliki rivalitas panjang dengan negara itu terkait sepak bola, keyakinan yang diperkuat oleh gol awal Wakasso yang membuat Bintang-bintang Hitam unggul melalui penalti yang semestinya tidak didapatkan mereka.

Namun Aristide Bance dari klub Jerman Augsburg, yang penampilan mencoloknya mengagetkan Stadion Mbombela dengan rambut gimbal pirangnya, mampu menyamakan kedudukan pada menit ke-60. (RF/A008)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013