Meskipun demikian, secara keseluruhan kredit perbankan masih akan tetap tumbuh 20 persen hingga 22 persen dan DPK sebesar 17 persen sampai dengan 19 persen sesuai dengan pertumbuhan rata-rata historisnya,"

Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Zulkifli Zaini memperkirakan ekspansi industri perbankan nasional pada 2013 mengalami sedikit perlambatan karena adanya kebijakan Bank Indonesia dalam mengendalikan pertumbuhan kredit nonproduktif.

"Meskipun demikian, secara keseluruhan kredit perbankan masih akan tetap tumbuh 20 persen hingga 22 persen dan DPK sebesar 17 persen sampai dengan 19 persen sesuai dengan pertumbuhan rata-rata historisnya," ujar Zulkifli Zaini dalam Rapat Dengar Pendapat Umum Komisi XI DPR RI terkait dengan review 2012 dan outlook perbankan Indonesia 2013 di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, ada beberapa aspek yang harus diwaspadai oleh industri perbankan. Dari sisi eksternal, terdapat setidaknya dua risiko yang patut diperhatikan, yakni ketidakpastian atas penyelesaian krisis di Zona Eropa dan "fiscal cliff" di Amerika Serikat yang tentunya akan memengaruhi keseimbangan ekonomi dan sektor keuangan global.

Risiko internal, lanjut dia, adalah ketidakseimbangan sektor perdagangan karena impor mengalami pertumbuhan tinggi seiring dengan peningkatan investasi, sedangkan kinerja ekspor masih terus tertekan akibat lemahnya permintaan pasar global dan rendahnya harga komoditas.

"Situasi itu menimbulkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah, dan diperkirakan akan terus berlangsung hingga 2013," ujarnya.

Risiko tersebut, menurut dia, tentu akan meningkatkan "risk appetite" sehingga mendorong perbankan untuk lebih berhati-hati dalam berekspansi pada tahun depan.

Namun, kata dia, dengan pertumbuhan ekonomi yang masih terbuka dan diperkirakan mencapai 6,5 persen pada 2013, ruang bagi perbankan Indonesia untuk tumbuh juga sangat terbuka.

"Ekonomi domestik yang ditopang oleh konsumsi masyarakat dan investasi, masih tetap menjadi motor penggerak utama roda perekonomian nasional. Keduanya menyumbangkan sekitar 88 persen dari total produk domestik bruto (PDB)," ujarnya.

Ditambah, kata dia, dengan kuatnya permodalan perbankan nasional yang tercermin dari CAR yang mencapai 17,3 persen, maka kemampuan perbankan untuk meningkatkan kredit masih terbuka, tentunya dengan memperhatikan kaidah kehati-hatian perbankan.

Sementara itu, Wakil Direktur Utama BNI Felia Salim mengatakan bahwa industri perbankan Indonesia sangat potensial

"Masyarakat Ekonomi ASEAN akan diberlakukan pada tahun 2015 untuk sektor riil dan pada tahun 2020 untuk sektor keuangan yang akan membuka pasar industri keuangan negara-negara di ASEAN," kata dia.

Menurut dia, di antara negara-negara ASEAN, Indonesia memiliki pasar keuangan yang paling menguntungkan, terlihat dari rasio Return on Investment (ROA).

"ROA secara industri seluruh bank mencapai 3,03 persen. Selain itu, kualitas kredit juga lebih baik terlihat dari nonperforming loan (NPL) yang relatif rendah," ujarnya.

Namun, kata dia, bank-bank di Indonesia masih kecil. Indonesia menjadi pasar yang sangat menarik sehingga rata-rata bank terbesar ASEAN yang umumnya berasal dari Singapuran, Malaysia, dan Thailand saat ini banyak yang sudah beroperasi di Indonesia.
(A063/D007)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013