Padang (ANTARA) - Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan penyebab kasus gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi di kawasan perkotaan bukan masalah kekurangan pangan, namun lebih kepada pola asuh.

"Kita melihat secara umum di perkotaan, ekonomi masyarakat baik dan mereka mampu membeli kebutuhan gizi, namun ternyata anak mereka mengalami stunting. Ini jadi persoalan tersendiri," kata Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Bonivasius Prasetya usai mengunjungi Kampung KB Bukit Karan di Padang, Sabtu.

Ia mengatakan di kawasan perkotaan para orang tua sibuk bekerja dan anak mereka dititipkan kepada nenek atau pengasuh. Dalam memenuhi kebutuhan gizi anak, para orang tua ini terkesan ingin instan sehingga memberikan mie instan kepada anak.

"Keinginan instan ini yang salah dan berdampak pada anak sehingga pola asuh yang mereka lakukan tidak tepat," kata dia.

Baca juga: BKKBN: Penurunan kasus stunting jadi tanggung jawab bersama

Baca juga: Gubernur: Pengentasan stunting KKN Unand sesuai dengan visi pemerintah

Dalam menyikapi hal ini tentu yang harus diperbaiki adalah memperbaiki pola asuh orang tua agar lebih peduli dengan gizi anak seperti memberikan ASI eksklusif selama enam bulan ditambah makanan pendamping dan ASI hingga dua tahun.

Selain itu menambah pengetahuan orang tua terkait gizi yang harus didapatkan anak mereka di usia tersebut agar terhindar dari stunting.

Hal ini berbeda dengan kawasan pedesaan yang menyebabkan anak stunting akibat kondisi ekonomi yang membuat mereka kesulitan dalam memenuhi gizi anak.

Dalam hal ini tentu diperlukan peran masyarakat dalam membantu orang tua yang memiliki anak stunting dalam memenuhi kebutuhan mereka salah satunya dengan program bapak asuh dan Dapur Sehat.

"Program bapak asuh ini merupakan intervensi kepada anak stunting untuk dipenuhi gizi mereka selama enam bulan ke depan dan Dapur Sehat ini memperkaya sumber makanan yang ada di lingkungan tersebut dalam memenuhi kebutuhan gizi anak stunting," kata dia.

Menurut dia, BKKBN memiliki keterbatasan anggaran dalam penekanan atau intervensi anak stunting di Indonesia sehingga pelibatan pihak di luar BKKBN menjadi keharusan melalui program bapak asuh yang sudah dicanangkan bersama.

"Ini program gotong royong yang melibatkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gizi anak yang berisiko stunting hingga anak yang terkena stunting," kata dia.*

Baca juga: BKKBN : Penyebab utama stunting berhubungan dengan pola asuh

Baca juga: BKKBN minta Sumbar optimalkan dana pusat untuk penanganan stunting

Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023