Surabaya (ANTARA) - Manajemen RSUD Soewandhie mengklarifikasi adanya kesalahpahaman informasi soal meninggalnya pasien bernama Asiasih (52) warga Tanah Merah, Kota Surabaya, yang diduga karena lambatnya penanganan di rumah sakit setempat.
Direktur Utama RSUD Dr. Soewandhie, dr Billy Daniel Messakh di Surabaya, Sabtu, mengatakan pihaknya sebelumnya telah menyarankan pihak keluarga untuk dirujuk di rumah sakit lain karena ruang rawat inap telah penuh, namun pihak keluarga menolak.
"Keluarga pasien dua kali menolak dirujuk dengan membuat pernyataan tertulis," katanya.
Penolakan pertama dilakukan pihak keluarga pada 27 Mei 2023 pukul 23.40 WIB yakni penolakan dirujuk saat di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Serta, penolakan kedua dilakukan pihak keluarga pada 30 Mei 2023 pukul 16.01 WIB, saat hendak masuk Intensive Care Unit (ICU).
Baca juga: Layanan kesehatan di RSUD Soewandhie disorot pimpinan DPRD Surabaya
Baca juga: RSUD Soewandhie Surabaya sediakan layanan pengobatan kanker lengkap
"Pada 27 Mei 2023, pukul 23.40 WIB, pasien datang ke IGD dengan diantar oleh keluarga dengan keluhan lemas pada kedua kaki, sulit berjalan, sesak nafas, batuk, dan pusing. RSUD Dr. Soewandhie kemudian menjelaskan bahwa kamar rawat inap penuh, pasien ditawarkan untuk dirujuk ke rumah sakit lain, tetapi keluarga menolak dan menghendaki untuk menunggu di ruang IGD, hingga tersedianya ruangan rawat inap," kata dr Billy.
Meski demikian, RSUD Dr. Soewandhi tetap memberikan pelayanan dan penanganan medis kepada pasien selama berada di ruang IGD, seperti melakukan rekam jantung dan melakukan pemeriksaan laboratorium, serta melakukan tindakan medis lainnya. Pada 29 Mei 2023, perawat dan transporter mengantarkan pasien untuk dipindahkan ke ruangan rawat inap.
"Saat di ruangan rawat inap, kondisi menurun dan memerlukan ICU, kita tawarkan ke ICU dan memerlukan persetujuan masuk ICU. Dia (pasien) menolak, karena menolak artinya kami tidak bisa memasukkan dia ke (daftar) inden ICU," ujarnya.
Lebih lanjut, dr Billy menjelaskan, pada 31 Mei 2023 pagi, pasien dan keluarga akhirnya setuju untuk masuk ruang ICU.
"Saat itu ICU penuh, maka baru masuk daftar inden ICU tanggal 31 pagi. Di pagi itu, dia masuk nomor 4, siangnya sudah masuk nomor 1 karena ketiga nomor lainnya sudah pindah ruangan. Setelah dapat inden dan ICU tengah disiapkan, tetapi kondisi pasien semakin memburuk dan dinyatakan meninggal dunia. Kondisi pasien menurun saat sudah berada di ruangan rawat inap, bukan saat di IGD," katanya.
Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti sebelumnya menyoroti pelayanan kesehatan di RSUD Soewandhie yang terkesan tidak maksimal dalam memberikan penanganan medis.
Menurut Reni, pihaknya menerima laporan warga melalui whatsapp (WA) terkait situasi kritis seorang pasien perihal keluhan pelayanan rumah sakit yang terkesan tidak maksimal dalam memberikan penanganan medis.
Hal itu dialami oleh seorang ibu, Asiasi (52) warga Tanah Kali Kedinding. Kondisi tersebut mengharuskan ia masuk ruang ICU. Akan tetapi hal itu tidak dapat dilakukan lantaran pihak RSUD menyatakan ruang ICU penuh.
Keadaan tersebut telah dialami pasien sejak datang ke RSUD pada Sabtu (27/5) lalu. Pasien harus menunggu hingga tiga hari di IGD sebelum akhirnya masuk ke ruang perawatan pada Senin (29/5) sebab antre.
"Keselamatan warga menjadi yang utama, siapapun itu," kata Reni.*
Baca juga: Seniman ludruk Cak Sapari dirawat di RSUD Soewandhie
Baca juga: Wali Kota Surabaya inspeksi pelayanan kesehatan di RSUD Soewandhie
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023