"Semoga dapat menjadi pertanda yang baik. Menurut data, cukup banyak anggota HIPPI yang potensial dan layak masuk ke bursa dalam mengakses pendanaan," ujar Direktur Pengembangan BEI Friderica Widyasari Dewi di Jakarta, Rabu.
Ia mengemukakan, sekitar 3.000 anggota HIPPI layak untuk melakukan penawaran umum saham perdana, dan sekitar 460-an di antaranya sudah menjadi perusahaan publik (emiten).
Ia mengatakan, sosialisasi pasar modal dengan HIPPI diharapkan juga dapat memberikan penjelasan lebih mendalam mengenai mekanisme IPO, penawaran umum terbatas (right issue), serta penerbitan surat utang (obligasi).
Ketua Umum HIPPI DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan, kegiatan sosialisasi itu merupakan kesempatan untuk HIPPI mengenal lebih jauh tentang industri pasar modal Indonesia.
"Acara ini merupakan sumbangsih HIPPI untuk anggotanya dalam mengedukasi tentang investasi dan pasar modal, mendukung perkembangan dan memberikan motivasi kepada anggota HIPPI Provinsi DKI khususnya untuk `listing` di BEI," ujarnya.
Menurut dia, beberapa anggota HIPPI dinilai sudah layak untuk masuk bursa, namun ada yang belum mengetahui persyaratan melakukan IPO di BEI. HIPPI akan mendorong anggota untuk mempertimbangkan pasar modal sebagai salah satu alternatif permodalan usaha.
"Alternatif permodalan, selain pinjaman perbankan bisa juga obligasi," ucapnya.
Ia mengatakan, belum banyak pengusaha yang melirik pasar modal, padahal potensinya cukup besar. Faktor kesiapan, mental dan budaya membuat pengusaha masih enggan untuk melakukan IPO.
Menurut Sarman, selain mendapatkan permodalan, anggota HIPPI khususnya DKI Jakarta juga harus dapat mengelola keuangan dengan baik dan menjalankan transparansi serta Good Corporate Governance (GCG) di pasar modal.
"Bersama BEI kita akan dapat secara langsung ikut sosialisasi intensif sehingga menjadi tradisi dan budaya bagi pengusaha Indonesia," ujar Sarman.
Ia mengaku, anggota HIPPI sebagian besar bergerak di usaha kecil menengah (UKM). Namun, ada beberapa anggota yang dinilai layak untuk masuk pasar modal. "Dengan modal Rp5 miliar bisa go publik," kata Sarman.
(*)
Pewarta: Oleh Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013