Nikkei melompat 3,77 persen atau 416,83 poin menjadi 11.463,75, di tengah melonjaknya sentimen risiko dan saat yen jatuh karena berita mengejutkan bahwa Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ) akan berhenti sebelum masa tugasnya berakhir.
Terakhir kali indeks lebih tinggi ketika ditutup di atas 11.700 pada akhir September lalu, beberapa minggu setelah runtuhnya raksasa Wall Street, Lehman Brothers, yang memicu kepanikan global dan aksi jual besar-besaran pada saham.
Dalam bulan-bulan setelah itu, Nikkei lebih banyak mengalami penjualan sebelum mencapai posisi terbawahnya 7.054,98 pada 10 Maret 2009.
Pada Rabu, indeks Topix yang lebih luas dari semua saham papan utama di Tokyo, juga melonjak 3,10 persen atau 29,12 poin menjadi 968,82.
Gubernur BoJ Masaaki Shirakawa, Selasa (5/2), mengatakan ia akan mundur sekitar tiga minggu sebelum lima tahun masa jabatannya berakhir pada 8 April, setelah BoJ dan pemerintah baru Jepang bersitegang mengenai masalah-masalah kebijakan.
Perdana Menteri baru negara itu Shinzo Abe secara terbuka mengatakan dia lebih menginginkan kandidat yang sependirian, memicu ekspektasi seorang gubernur baru yang akan mengambilalih posisi tersebut yang memiliki pandangan sama untuk pelonggaran moneter lebih agresif.
Gubernur BoJ mengatakan ia telah memberitahu perdana menteri, ia akan mengundurkan diri pada 19 Maret, ketika masa jabatan untuk dua deputi gubernur berakhir, sehingga penggantinya dan pemimpin baru lainnya dapat dilantik pada waktu yang sama.
Dia menolak spekulasi bahwa tekanan pemerintah memaksanya mengundurkan diri lebih awal.
"Penjelasannya, sepenuhnya masuk akal, meskipun Shirakawa mungkin bisa dimaklumi karena ingin meninggalkan jabatannya sesegera mungkin, mengingat kritik yang dia terima `tidak berbuat cukup` untuk mengakhiri deflasi," Capital Economics yang berbasis di London, mengatakan dalam sebuah catatan.
Bulan lalu, bank mengatakan akan mengadopsi target inflasi dua persen yang diminta oleh pemerintah baru, dalam upaya untuk mengalahkan deflasi yang telah menghantui ekonomi terbesar ketiga dunia itu selama bertahun-tahun.
Bank sentral juga meluncurkan sebuah skema pembelian aset tak terbatas yang akan dimulai pada tahun depan.
Tetapi beberapa hari kemudian, Shirakawa meragukan target inflasi itu dan berkata tekanan pada bank-bank sentral global telah "meningkat secara global lebih dari sebelumnya".
Kepala Bundesbank Jerman Jens Weidmann, bulan lalu, memperingatkan atas apa yang ia gambarkan sebagai campur tangan pemerintah dalam kebijakan moneter, menyebut mereka sebagai "pelanggaran yang meresahkan".
Dalam perdagangan valas di Tokyo, dolar dibeli 93,79 yen dari 93,61 yen di New York pada Selasa, sementara euro diambil 127,21 yen terhadap 127,13 yen, melanjutkan sebuah kemerosotan yen yang telah turun tajam dalam beberapa bulan terakhir.
Selain yen melemah, selera risiko juga meningkat, kata manajer umum ekuitas SMBC Nikko Securities Hiroichi Nishi.
"Pasar global terus menjadi normal, memungkinkan perdagangan aset berisiko dimulai kembali," ia mengatakan kepada Dow Jones Newswires.
"Ini sebagian tercermin dalam jatuhnya yen."
Pasar Tokyo telah melonjak dalam beberapa bulan terakhir, sejak pemerintah baru yang menang mutlak dalam pemilihan umum pada Desember, menjanjikan kebijakan moneter agresif untuk meningkatkan perekonomian yang lesu.
Wall Street juga menyediakan isyarat yang kuat dengan Dow Jones Industrial Average berakhir 0,71 persen lebih tinggi pada 13.979,30, mendekati rekor tertinggi.
Pada Rabu, saham Toyota ditutup 6,05 persen lebih tinggi pada 4.815 yen, setelah produsen mobil itu pada Selasa malam mengatakan laba bersihnya dalam sembilan bulan hingga Desember meningkat empat kali lipat. Sementara, juga menaikkan prospek laba untuk setahun penuh.
Pelemahan yen membantu eksportir lain, dengan Sony naik 2,34 persen menjadi 1.481 yen, Nikon naik 1,85 persen menjadi 2.639 yen, Canon melompat 2,86 persen menjadi 3.415 yen dan Panasonic naik 2,78 persen pada 739 yen, demikian AFP melaporkan.
(SYS/A026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013