Jakarta (ANTARA News) - Meneg BUMN Sugiharto mengatakan penyelamatan PT Garuda Indonesia dan PT Merpati Nusantara Airlines dimungkinkan melalui "BUMN Restructuring Fund" (BRF).
"BUMN Restructuring Fund, bentuknya masih dalam pembahasan. Namun, kita meminta DPR menyiapkan Undang-undangnya," kata Sugiharto, dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR-RI, di Jakarta, Senin.
Menurut Sugiharto, penyelamatan Garuda dan Merpati melalui BUMN Restructuring Fund ini merupakan alternatif yang diambil pemerintah menyusul keterbatasan dana APBN.
"Kondisi keuangan APBN untuk melakukan pendanaan tidak memungkinkan saat ini. Namun, kita mencoba mencari solusi untuk itu," ujarnya.
Ia menjelaskan, dana BUMN Restructuring Fund akan diperoleh dari penyisihan setoran-setoran laba dari perusahaan besar, maupun setoran dana BUMN yang saham pemerintah di dalamnya minoritas.
Sesungguhnya, diutarakan Sugiharto, ide ini memungkinkan untuk dijalankan, mengingat BUMN selama ini menyetor dividen kepada pemerintah sampai dengan Rp12,8 triliun pada 2005, sedangkan pada 2006 setoran dividen diproyeksikan mencapai Rp23,3 triliun.
"Jadi penggunaan dana sekitar Rp1 triliun-Rp2 triliun bagi BUMN yang sudah diputuskan untuk diselamatkan tidak akan menjadi masalah jika saja BUMN punya kewenangan sesuai Undang-undang," katanya.
Namun katanya, prioritas yang akan digunakan dalam menyelamatkan Garuda dan Merpati akan diserahkan ke Panitia Anggaran DPR.
Tentunya, ujar Sugiharto, dalam setiap kebijakan yang diambil pemerintah nantinya harus diikuti dengan program Post Monitoring Review.
Saat ini, Garuda memiliki utang kepada pihak ke tiga sekitar 794 juta dolar AS.
"Program Post Monitoring Review itu untuk mengetahui setiap langkah yang diambil untuk menyelesaikan Garuda dan Merpati yang kenyataannya tidak bisa ditunda terlalu lama," kata Sugiharto.
Dengan demikian, lanjutnya, arus kas kedua BUMN Penerbangan itu secara berlanjut bisa terjaga.
"Merpati telah berusaha menekan biaya serta melakukan inisiatif dan terobosan lain. Namun, mereka (Merpati) masih bisa survive, tapi tak bisa bertahan sampai akhir tahun", tegasnya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006