Jadi, memang sempat mencapai masa jayanya dan kemudian terbengkalai sejak tahun 1990-an karena ini mempunyai nilai properti yang sangat tinggi

Kota Solo, Jawa Tengah (ANTARA) - Direktur Utama PT Danareksa (Persero) Yadi Jaya Ruchandi menyebut studio rekaman pertama di Indonesia, yakni Lokananta di Kota Solo, Jawa Tengah merupakan titik nol musik Indonesia yang mempunyai nilai historis tinggi.

"Latar belakang kenapa kami melakukan revitalisasi (Lokananta), tentunya seperti kita ketahui bahwa Lokananta itu merupakan titik nol musik Indonesia yang mempunyai nilai historis yang sangat tinggi dengan nilai intelektual properti yang meng-capture hasil karya anak bangsa. Jadi, tentunya menjadi budaya yang harus kita jaga," kata Yadi saat jumpa pers Festival Lokananta di Solo, Jawa Tengah, Jumat.

Sebelumnya, Kementerian BUMN melalui Danareksa bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta menghidupkan kembali Lokananta akhirnya seiring dengan rampungnya revitalisasi aset milik Perum PNRI tersebut di Solo.

Baca juga: Lokananta siap beroperasi kembali sebagai sentra kreativitas musisi

Lokananta baru akan menjadi sentra kreativitas dan komersial (creative and commercial hub) bagi para musisi, seniman, dan UMKM sehingga dapat memberikan dampak sosial, kemajuan ekonomi, dan pelestarian budaya Indonesia.

Lebih lanjut, Yadi mengatakan bahwa Lokananta didirikan pada 1956 oleh Raden Maladi, Oetojo Soemowidjojo, dan Ngabehi Soegoto Soerjodipoero yang saat itu mempunyai visi yang sama dengan Presiden Pertama RI Soekarno, yakni menyatukan bangsa melalui musik.

"Tentunya kita ketahui bahwa Lokananta itu pernah menjadi salah satu produsen piringan hitam terbesar di Asia seperti itu dan tentunya banyak sekali ribuan produksi dari Lokananta sejak tahun tersebut dari masa jayanya sampai dengan tahun 1990-an dan kita juga tidak lupa bahwa naskah rekaman proklamasi itu diproduksi kembali di sini," ucap Yadi.

"Jadi, memang sempat mencapai masa jayanya dan kemudian terbengkalai sejak tahun 1990-an karena ini mempunyai nilai properti yang sangat tinggi, Kementerian BUMN menugaskan kepada kami holding Danareksa, PPA (melakukan revitalisasi), Alhamdulillah ini sudah selesai," ucap Yadi.

Dengan mengamanatkan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) yang merupakan bagian dari holding Danareksa, aset Lokananta yang memiliki luas 2,1 hektare itu kemudian direvitalisasi.

Yadi menjelaskan bahwa revitalisasi dan pengembangan Lokananta telah melalui proses bisnis dan uji tuntas yang komprehensif dengan mengedepankan tata kelola yang baik sehingga diharapkan Lokananta menjadi entitas bisnis yang berkelanjutan.

"Ini ada 2,1 hektare yang kami revitalisasi dan tentunya ini juga melalui proses uji tuntas yang cukup dalam sehingga kami juga ingin memastikan nanti Lokananta menjadi entitas bisnis yang sustainable. Jadi, mudah- mudahan dengan kami meng-create sesuatu ekosistem di dalam Lokananta ini, Lokananta bisa menjadi kebanggaan buat kita semua," ujar Yadi

Adapun, kata dia, pembangunan fisik Lokananta dimulai pada November 2022 yang ditandai dengan perhelatan Lokananta Reload pada 27 November 2022 dan diselesaikan dalam waktu 6 bulan.

Festival Lokananta akan diselenggarakan pada 3-4 Juni 2023 dengan menghadirkan beberapa artis lintas generasi, di antaranya Andien, Fariz RM, d'Masiv, David Bayu, The Changcuters, Kla Project, Pamungkas, Project Pop, Vina Panduwinata, dan White Shoes & Couples Company, yang akan tampil di tiga panggung secara simultan, yaitu panggung Gesang, Waljinah, dan Sam Saimun. Sebanyak 2.500 tiket telah terjual untuk dua hari pertunjukan tersebut.

Lokananta sebagai perusahaan rekaman, studio rekaman, sekaligus pabrik piringan hitam, CD, dan kaset milik negara yang legendaris itu telah merilis ribuan karya dari para seniman besar musik Indonesia seperti Gesang, Waldjinah, Buby Chen, Titiek Puspa, Bing Slamet, Sam Saimun hingga Ki Narto Sabdo.

Baca juga: PT PPA: Progres revitalisasi Lokananta mencapai sekitar 60 persen

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023