Penggunaan Wolbachia ini akan jadi lebih efektif kalau diterapkan sebagai bagian dari suatu program lengkap yang disebut pendekatan pengendalian nyamuk terintegrasi (integrated mosquito management/IMM)

Jakarta (ANTARA) - Pakar ilmu kesehatan dari Universitas YARSI Prof Dr Tjandra Yoga Aditama mengemukakan penyebaran nyamuk berbakteri Wolbachia sebagai strategi atasi dengue tak bisa berdiri sendiri tanpa pendekatan pengendalian nyamuk yang terintegrasi.

"Penggunaan Wolbachia ini akan jadi lebih efektif kalau diterapkan sebagai bagian dari suatu program lengkap yang disebut pendekatan pengendalian nyamuk terintegrasi (integrated mosquito management/IMM)," katanya saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.

Program terintegrasi yang dimaksud, yakni peran pemerintah melakukan surveilans nyamuk dengan cara selalu melacak dan memonitor jumlah dan jenis nyamuk di daerah tertentu.

Kegiatan itu juga diiringi dengan penggunaan larvasida dan insektisida untuk membunuh larva, pupa dan nyamuk dewasa.

"Diperlukan juga penyuluhan masyarakat tentang bagaimana mengendalikan nyamuk di sekitar tempat tinggal dan sebaiknya juga di tempat beraktivitas," katanya.

Ia mengatakan kegiatan menghilangkan tempat air tergenang yang bisa digunakan nyamuk untuk bertelur juga bagian penting dalam rantai pemberantasan dengue.

"Pemerintah selalu memonitor bagaimana dampak program yang ada terhadap jumlah nyamuk yang beredar," katanya.

Menurut Center of Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, kata dia, pelepasan nyamuk dengan Wolbachia di lingkungan tidak bertujuan untuk menghentikan terjadinya ledakan penyakit.

"Penggunaan nyamuk dengan Wolbachia di lingkungan pemukiman selama beberapa bulan diharapkan dapat mengurangi jumlah jenis nyamuk tertentu, misalnya Aedes Aegypti," kata Tjandra Yoga Aditama.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam peluncuran implementasi Wolbachia Ing Kota (Wingko) Semarang, Selasa (30/5), mengatakan penyebaran nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia menjadi strategi baru untuk mengatasi penularan kasus demam berdarah dengue di Indonesia.

Strategi yang dimaksudkan adalah menyebar nyamuk-nyamuk Aedes Aegypti sebagai "vector" penyakit dengue yang sudah disuntikkan bakteri Wolbachia agar kemudian bisa kawin dengan nyamuk lain.

Bakteri Wolbachia diketahui bisa melumpuhkan virus dengue sehingga ketika nantinya nyamuk Aedes Aegypti menggigit manusia maka tidak akan menyebarkan virus dengue ke tubuh manusia.

"Ini rencananya kami akan menggunakan bioteknologi untuk nyamuk yang berpotensi menularkan dengue kami buat agar, kasarnya, mandul, ya. Jadi, dia tidak bisa menularkan virus yang bisa menyebabkan penyakit dengue," katanya.

Penelitian tersebut sudah dilakukan dan diuji coba di Yogyakarta dan berhasil sehingga akan direplikasi di lima kota besar, yakni Semarang, Jakarta Barat, Bontang, Kupang, dan Bandung, demikian Menkes.

Baca juga: Menkes tertarik mengembangkan inovasi Wolbachia untuk menekan kasus DBD

Baca juga: Yogyakarta menguji metode wolbachia untuk mengendalikan demam berdarah

Baca juga: Aedes Aegypti dengan Wolbachia aman terhadap demam berdarah

Baca juga: Komisi IX DPR ke Sleman terkait penanganan DBD

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023