Purwakarta (ANTARA News) - Sekitar 1000 hektar kebun teh di Purwakarta sudah beralih fungsi menjadi peternakan ayam, kebun sayur ataupun jagung karena rendahnya harga pucuk teh.
Seorang petugas di bagian Pembinaan Produksi Perkebunan, Dinas Pertanian Kabupaten Purwakarta, Juhana, mengatakan para pemilik kebun teh merasa frustasi karena harga pucuk teh selama ini hampir tidak ada nilainya.
Oleh karena itu, Pemkab Purwakarta akan terus mendorong para petani agar memelihara kebun teh secara maksimal, menyusul membaiknya harga pasaran pucuk teh.
Lahan kebun teh yang telah "disulap" menjadi lahan peternakan ayam, menyebar di berbagai tempat di daerah selatan Purwakarta.
Di Darangdan misalnya, kini bermunculan kandang-kandang ayam ras dengan kapasitas ratusan ribu ekor, di tengah areal kebun teh yang dikabarkan milik pengusaha asal Jakarta.
Para buruh tani pun beralih profesi menjadi kuli di peternakan.
Kondisi yang sama terjadi di sentra kebun teh rakyat di Purwakarta, seperti Bojong dan Wanayasa.
"Akan tetapi, di Bojong alih fungsi kebun teh umumnya menjadi kebun sayuran dan kebun jagung. Itu tidak akan terlalu sulit untuk dikembalikan menjadi kebun teh," tutur Juana.
Sehubungan dengan itu Pemkab Purwakarta akan terus mendorong para petani, dan diharapkan dalam kurun waktu tidak begitu lama, perkebunan teh rakyat di Purwakarta kembali "hidup" seperti sedia kala.
Para petani menyambut baik kenaikan harga pucuk teh yang mencapai Rp750/Kg, dari biasanya Rp400/Kg.
Petani juga telah memiliki persediaan ratusan ribu pohon bibit teh untuk ditaman di kebun mereka.
Bibit teh tersebut hasil pengembangan para petani, yang biasanya dijual ke berbagai daerah di Jabar.
"Sekarang numpuk bibit teh dalam keadaan siap tanam," ujar H Abas Pranajaya, seorang petani teh di Bojong.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006