Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) diproyeksikan mencatat laba Rp15,44 triliun pada tahun buku 2005, meningkat dari Rp8,87 triliun pada 2004.Hal itu diungkapkan Meneg BUMN Sugiharto dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR-RI, di Jakarta, Senin.Menurut Sugiharto, angka perolehan laba Pertamina pada 2005 itu masih prognosa, karena hingga kini perusahaan itu belum menyelesaikan laporan keuangan. Namun Sugiharto tidak menjelaskan lebih rinci alasan kenaikan laba Pertamina. Ia hanya mengatakan, kenaikan kinerja BUMN belakangan ini lebih dikarenakan upaya efisiensi dan pemberantasan korupsi di perusahaan. Menurut catatan Kementerian Negara BUMN, dari 139 BUMN saat ini masih terdapat laporan berupa prognosa sebanyak 35 perusahaan, belum diaudit 10 perusahaan, dan sudah diaudit 91 perusahaan, serta laporan keuangan yang tidak tersedia tiga perusahaan. "Dari 139 BUMN terdapat 82 perusahaan menunjukkan kinerja lebih baik dibanding kinerja 2004," katanya. Dari 82 perusahaan itu, 68 BUMN di antaranya mencetak laba pada 2004, naik lagi tahun 2005. Selain itu, sejumlah 14 BUMN yang merugi pada 2004 berhasil mengatasi kerugian pada tahun buku 2005. Jumlah BUMN yang meraih laba tahun lalu mencapai 108 perusahaan dengan perolehan profit Rp40,68 triliun. PT Pertamina merupakan peringkat pertama pada jajaran 10 perusahaan pencetak laba terbesar, dengan proyeksi Rp15,44 triliun, disusul PT Telkom Rp7,9 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia Rp3,8 triliun. Selanjutnya, PT Semen Gresik Rp1,02 triliun, PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Rp862 miliar, PT Pusri Rp848 miliar, PT Aneka Tambang Rp841 miliar, PT Pelindo II Rp737 miliar, sedangkan PT Jamsostek dan PT Tambang Batubara Bukit Asam masing-masing laba Rp640 miliar, dan Rp467 miliar. "Dari sisi persentase kenaikan laba, Semen Gresik dan PT Pelindo II mencatat kenaikan yang fantastis," kata Sugiharto. Sementara itu, jumlah BUMN yang merugi selama 2005 mencapai 31 BUMN dengan total kerugian Rp6,11 triliun. Sepuluh besar BUMN yang rugi adalah PT PLN sebesar Rp4,9 triliun, PT Garuda Indonesia Rp691 miliar, PT Merpati Nusantara Rp270 miliar, PT Pelni RP250,47 miliar. Selanjutnya yang merugi adalah PT Brantas Abipraya Rp1,7 miliar, PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Rp74,87 miliar, dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia Rp30,36 miliar. Pada tahun anggaran 2005, realisasi pencapaian dividen melebihi target Rp8,9 triliun dengan menyetor ke kementerian Rp12,8 trilun, atau lebih dari 43,82 persen.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006