Singapura (ANTARA) - Dolar mundur dari puncak dua minggu terhadap mata uang utama di awal sesi Asia pada Kamis pagi, karena investor memangkas taruhan bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga bulan ini, meskipun tenggat waktu batas utang yang kian sempit memberikan dukungan safe haven untuk greenback.
Dewan Perwakilan Rakyat AS yang terpecah meloloskan RUU untuk menangguhkan plafon utang 31,4 triliun dolar AS pada Rabu (31/5/2023), dengan fokus sekarang pada bagaimana perjalanan di Senat yang dipimpin Demokrat hanya beberapa hari sebelum pemerintah federal diperkirakan kehabisan uang untuk membayar tagihannya.
Dolar beragam dalam perdagangan Asia dan nyaris tidak bereaksi terhadap pemungutan suara, dengan euro naik 0,04 persen terhadap greenback menjadi 1,06895 dolar. Sterling tergelincir 0,01 persen menjadi 1,2440 dolar.
Indeks dolar AS naik 0,06 persen menjadi 104,21, meskipun masih turun dari level tertinggi lebih dari dua bulan di sesi sebelumnya, karena para pedagang mengurangi ekspektasi mereka akan kenaikan suku bunga lain oleh Federal Reserve bulan ini.
Pejabat Fed termasuk wakil ketua menunjuk ke arah "lewati" kenaikan suku bunga pada Juni, memberikan waktu bagi bank sentral AS untuk menilai dampak dari siklus pengetatan sejauh ini terhadap data inflasi yang masih kuat.
Pasar sekarang menghargai peluang sekitar 26% bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan mendatang, dibandingkan dengan peluang hampir 67% sehari yang lalu, menurut alat CME FedWatch.
"Data ekonomi AS baru-baru ini mendukung kenaikan suku bunga lain dalam waktu dekat, meskipun baseline kami adalah bahwa FOMC sudah selesai dengan siklus pengetatan saat ini," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia.
Di tempat lain, yen Jepang naik hampir 0,1 persen menjadi 139,24 per dolar.
Otoritas keuangan Jepang bertemu awal pekan ini di tengah penurunan yen ke level terendah enam bulan terhadap dolar AS, di mana diplomat top negara itu mengatakan bahwa Jepang akan mengamati dengan cermat pergerakan mata uang dan tidak akan mengesampingkan opsi apa pun.
Di Asia, yuan di pasar luar negeri naik 0,1 persen menjadi 7,1077, membalikkan sebagian penurunannya dari sesi sebelumnya, ketika merosot ke level terendah enam bulan.
Aktivitas pabrik China secara tak terduga berayun ke pertumbuhan pada Mei dari penurunan pada April, sebuah survei sektor swasta menunjukkan pada Kamis, didorong oleh peningkatan produksi dan permintaan, membantu perusahaan-perusahaan yang sedang berjuang yang terpukul oleh kemerosotan keuntungan.
Yuan telah jatuh hampir tiga persen terhadap dolar baik di pasar liar negeri maupun domestik pada Mei, karena pemulihan ekonomi China pasca-COVID berjuang untuk mendapatkan tenaga.
Pada Rabu (31/5/2023), data indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur resmi menunjukkan bahwa aktivitas pabrik China menyusut lebih cepat dari yang diperkirakan pada Mei, jatuh ke level terendah lima bulan di 48,8.
Data ekonomi yang lemah dari China juga menyeret dolar Australia dan Selandia Baru ke level terendah dalam lebih dari enam bulan di sesi sebelumnya, dengan kedua mata uang berjuang untuk menutup kerugian mereka pada Kamis.
Aussie naik 0,02 persen menjadi 0,6505 dolar AS, sedangkan kiwi turun 0,07 persen menjadi 0,6017 dolar AS. Mata uang Antipodean sering digunakan sebagai proksi likuid untuk yuan.
"Sampai program stimulus yang lebih luas diluncurkan, yuan tidak akan mendapat tawaran, terutama dengan (Bank Sentral China) yang akan melonggarkan kebijakan moneter terlebih dahulu," kata ahli strategi di Macquarie.
"Tidak dapat dihindari, pelemahan yuan lebih lanjut dapat memberikan tekanan ke atas baru pada dolar AS vs mata uang utama juga, memperpanjang kekuatan dolar yang terlihat sejak awal Mei."
Baca juga: Yuan tergelincir 144 basis poin menjadi 7,0965 terhadap dolar AS
Baca juga: Rupiah pada Kamis pagi melemah jadi Rp14.994 per dolar AS
Baca juga: Bank sentral Argentina catat pembelian dolar AS terbesar dalam 5-bulan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023