Palu (ANTARA News) - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menilai Sulawesi Tengah (Sulteng) menjadi daerah "pembuangan" bagi polisi bermasalah sehingga daerah tersebut masih saja rawan konflik dan kekerasan.
Neta yang dihubungi dari Palu, Senin, mengatakan adanya polisi bermasalah sehingga saat menjalankan tugasnya kurang profesional dalam melayani masyarakat.
Menurutnya, polisi yang kurang profesional itu tidak bisa kerja secara damai sehingga menimbulkan masalah baru baik di internal polri maupun di masyarakat.
Kasus penembakan dan kekerasan terhadap warga sipil di Sulawesi Tengah selama tiga tahun terakhir terjadi di Kabupaten Buol yang menewaskan tujuh orang pada 2010.
Selanjutnya insiden di Kabupaten Morowali pada 2011 yang menewaskan satu orang, dan pada 2012 insiden penembakan menewaskan dua orang masing-masing terjadi di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi.
Dan yang terbaru terjadi pada Sabtu (2/2), oknum polisi di Kabupaten Banggai menembak seorang warga saat terjadi unjuk rasa di Mapolsek Batui guna mendesak aparat membebaskan rekannya.
Baru-baru ini di Kota Palu terjadi pengeroyokan dua polisi karena bersikap arogan di masyarakat, selain itu terdapat oknum polisi yang menganiaya warga karena diduga sebagai anggota geng motor.
Menurutnya, kondisi yang terjadi di lapangan itu menunjukkan lemahnya pengawasan dari atasan.
"Ini seharusnya tidak terjadi jika ada koordinasi yang baik," katanya.
Neta khawatir berbagai kasus yang melibatkan oknum polisi tak profesional itu bisa menciptakan konflik baru di masyarakat.
Sebelumnya, Pejabat Humas Polda Sulteng AKP Winarto mengatakan selama Januari 2013 terdapat enam anggota Polda Sulteng yang dipecat karena melanggar berbagai aturan disiplin.
Bahkan saat ini seorang perwira pertama polisi berpangkat Iptu berinisial LL telah menjalani sidang disiplin karena menantang atasannya berkelahi.
"Tingkah lakunya itu tentu saja di luar nalar karena berani sekali terhadap atasan," kata Winarto. (R026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013