Permasalahan lainnya, yakni tingkat penangkapan yang berlebihan dan kecenderungan pasar untuk menyukai ikan berukuran kecil (plate sized/ukuran piring)
Bogor (ANTARA) - Organisasi nirlaba Sustainable Fisheries Partnership (SFP) menyatakan bahwa perikanan kakap dan kerapu di Indonesia menghadapi beberapa tantangan, antara lain kondisi stok ikan yang semakin menurun akibat masih banyak digunakannya alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.
"Sebagian besar produk perikanan tangkap di Indonesia, dikonsumsi oleh pasar domestik. Hampir 90 persen hasil tangkapan kakap kerapu dikonsumsi lokal. Sehingga sangat penting sekali bagi rantai pasok di Indonesia untuk terlibat dalam usaha menuju perikanan yang berkelanjutan," kata Direktur Program SFP Indonesia, Dessy Anggraeni dalam taklimat media di Bogor, Rabu.
Permasalahan lainnya, kata dia, yakni tingkat penangkapan yang berlebihan dan kecenderungan pasar untuk menyukai ikan berukuran kecil (plate sized/ukuran piring).
Dalam kaitan itu, kata dia, SFP telah menyusun kriteria produk perikanan kakap kerapu yang berkelanjutan dan bertanggung jawab untuk didiskusikan dengan pelaku pasar domestik, antara lain ritel, restoran dan hotel.
Kriteria ini mencakup kepatuhan terhadap aturan yang berlaku, ketertelusuran, tanggung jawab sosial dan dukungan terhadap pengelolaan kolaboratif (co-management).
Dalam kaitan itu, pada Selasa (30/5) 2023, SFP menjelaskan pentingnya sumber pasokan perikanan yang berkelanjutan sekaligus memperkenalkan kriteria keberlanjutan untuk perikanan
kakap kerapu di Provinsi Bali.
Kegiatan ini merupakan bagian dari kerja sama SFP dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Bali dalam memberikan pendampingan dan dukungan kepada pasar domestik untuk meningkatkan komitmen dan dukungan terhadap produk perikanan dari sumber-sumber perikanan yang berkelanjutan.
Hal ini, kata Dessy Anggraeni, sejalan dengan program prioritas KKP, yaitu blue economy policy, dimana KKP berupaya untuk mewujudkan keseimbangan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial untuk kemaslahatan bersama.
Perikanan kakap kerapu di Indonesia didominasi oleh perikanan skala kecil dan memasok kebutuhan pasar domestik dan ekspor, sehingga merupakan sumber pendapatan penting bagi
masyarakat nelayan dan para pihak yang terlibat dalam rantai pasoknya.
Pihaknya bersama Bali Sustainable Seafood (BSS) mengajak para pelaku bisnis perikanan, terutama kakap kerapu, untuk mendukung praktik perikanan yang bertanggung jawab dengan menerapkan kriteria keberlanjutan.
Pendiri dan Direktur BSS, Hema Sitorus menjelaskan sebagai pemasok kakap kerapu yang sudah menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan pihaknya tidak hanya menjaga kualitas hasil laut, namun juga memerhatikan kelestarian sumber dayanya.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya hanya menyediakan kakap kerapu dewasa, untuk mempertahankan keberadaan spesies ini bagi generasi mendatang dan BSS membutuhkan dukungan dari pasar untuk mewujudkannya.
Sementara itu Pari Baumann dari Bali Direct Store menyebutkan bahwa pihaknya mendukung produk lokal yang berkelanjutan dan bertanggung jawab, termasuk produk makanan laut.
"Kami termotivasi untuk menyediakan pasar bagi nelayan skala kecil dan menyediakan produk seafood berkelanjutan yang berkualitas tinggi kepada konsumen," katanya.
Baca juga: SFP-DKP kerja sama kelola gurita-lemadang berkelanjutan di Sulteng
Baca juga: MSC: Sertifikasi kakap-kerapu laut sudah bagus perkembangannya
Baca juga: KKP-NTB bertekad raih sertifikasi eco-label internasional kakap-kerapu
Baca juga: Pulau Semau jadi pilot project budidaya kerapu dan kakap
Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023