Untuk peningkatan suplai bahan baku susu segar sangat dibutuhkan akselerasi yang luar biasa,

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan bahwa peningkatan skala bisnis peternak tradisional akan dapat mendorong kenaikan produksi susu nasional.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika dalam Kick Off Program Young Progressive Farmer Academy di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa produksi susu di dalam negeri yang baru sekitar 20 persen membuat Indonesia masih sangat tergantung pada impor bahan baku susu.

“Untuk peningkatan suplai bahan baku susu segar sangat dibutuhkan akselerasi yang luar biasa,” katanya.

Baca juga: Kemenperin dalami potensi pengembangan industri sagu-cokelat artisan

Putu menjelaskan telah mengidentifikasi masalah utama dalam pengembangan produksi susu segar dalam negeri yaitu karena populasi sapi perah yang masih sangat terbatas, yakni 592 ribu ekor.

Di sisi lain, produktivitas sapi perah rakyat di dalam negeri masih sangat rendah yaitu 8-12 liter per ekor per hari, jauh berbeda dengan produksi susu segar di dalam negeri yang bisa mencapai 30 liter per ekor per hari.

Belum lagi tingginya rasio biaya pakan dengan hasil produksi susu. Kondisi tersebut lagi-lagi berbanding terbalik dengan biaya pakan di negara-negara lain yang telah berhasil memproduksi susu untuk kebutuhannya.

Pengembangan produksi susu segar juga dihadapkan pada terbatasnya lahan untuk kandang dan pakan hijauan, minimnya kepemilikan sapi perah peternak rakyat yang baru 2-3 ekor per peternak, biaya pembesaran (rearing) anakan sapi perah yang cukup mahal, kurangnya pemahaman peternak rakyat akan Good Dairy Farming Practices (GDFP), serta masih minimnya minat anak muda untuk menjadi peternak.

Oleh karena itu, Putu mengapresiasi program Frisian Flag Indonesia Young Progressive Farmer Academy (YPFA) yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas bisnis peternak muda tradisional Indonesia. Melalui program tersebut, peternak muda akan mendapatkan pembinaan pengembangan bisnis sekaligus melihat langsung proses manajemen peternakan sapi perah berstandar internasional di Belanda.

“Sebagai kontribusi nyata industri pengolahan susu, program ini akan mendorong peningkatan produksi susu nasional melalui peningkatan skala bisnis peternak tradisional, produktivitas para peternak akan meningkat dan pada akhirnya ikut meningkatkan kesejahteraan mereka,” katanya.

Baca juga: Kemenperin: Produk kerajinan fesyen harus mendongkrak inovasi

Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia Andrew F. Saputro, dalam kesempatan yang sama, mengatakan program YPFA merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk mengembangkan peternakan sapi perah guna meningkatkan produktivitas dan kualitas susu.

“Di Indonesia produktivitas 1 sapi perah itu sekitar 12 liter per ekor per hari. Di Belanda, sampai 30 liter per ekor per hari. Ini mendorong kami untuk bisa meng-upgrade peternak muda ini,” katanya.

Selain soal produktivitas, pengembangan produksi susu segar dalam negeri juga terkendala soal regenerasi.

“Kalau di Indonesia rata-rata umur peternak 50 tahun, jadi regenerasi perlu ditingkatkan. Kalau semakin sedikit, bagaimana kami sebagai industri pengolahan susu, bisa mendapatkan pasokan susu berkualitas? Kami tidak bisa berhenti operasi. Hulu harus terus diselamatkan dengan memberi inspirasi kepada peternak muda,” imbuh Andrew.

Seleksi program FF Young Progressive Farmer Academy dilakukan secara tertutup bekerja sama dengan belasan koperasi susu yang tersebar di Jawa untuk menjaring para peternak muda berusia 25-35 tahun yang memiliki 5-8 ekor sapi perah laktasi, dan bernaung di bawah mitra koperasi FF dari seluruh Indonesia.

Saat ini sudah ada 100 peternak muda yang mendaftar dan selanjutnya akan dipilih 30 perencanaan terbaik yang ditentukan oleh para juri ahli dan juri panel yang terdiri dari para ahli, akademisi dan media, juga Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian.

Setelah itu akan diseleksi 12 perencanaan bisnis terbaik untuk kemudian diberangkatkan ke Belanda untuk mengikuti studi banding dan pembelajaran terkait praktik manajemen peternakan sapi perah yang baik bersama peternak lokal Belanda, pada September 2023.

Melalui program ini, diharapkan dalam tiga tahun ke depan, para peserta FF Young Progressive Farmer Academy dapat mengembangkan bisnisnya hingga skala medium dengan 10-20 ekor sapi perah laktasi.

Peningkatan skala bisnis ini memungkinkan peternak untuk melakukan efisiensi biaya dengan penerapan teknologi praktis di kandang, penerapan peternakan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan akan mudah diaplikasikan serta mendorong kenaikan pendapatan sampai 50 persen.

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023