Kami mendesak kepada pemerintah untuk mengembangkan industri pelayaran dalam negeri, agar pelaut-pelaut terbaik kita tidak menjadi jongos-jongos di kapal asing,"

Jakarta (ANTARA News) - Kasus tenggelamnya kapal ikan Rusia "Shans-101" di laut dekat pulau Svetlaya, Rusia Timur yang diawaki 11 pelaut Indonesia membawa keprihatinan tersendiri bagi masyarakat Indonesia, antara lain Indonesia Maritime Institute (IMI).

Dikabarkan, dari 11 awak kapal itu berasal dari Indonesia, 4 diantaranya selamat sementara 7 rekan lainnya belum ditemukan sampai saat ini.

Direktur Eksekutif IMI Y Paonganan dalam pernyataa pers di Jakarta, Sabtu, menilai kasus ini menunjukkan belum ada perhatian serius dari pemerintah terhadap peluat-pelaut Indonesia.

"Kami mendesak kepada pemerintah untuk mengembangkan industri pelayaran dalam negeri, agar pelaut-pelaut terbaik kita tidak menjadi jongos-jongos di kapal asing," katanya.

Paonganan merasa prihatin atas hilangnya 7 pelaut Indonesia. Pemerintah diminta memberikan yang terbaik bagi keluarga pelaut.

Dia menambahkan, kapal yang tenggelam tersebut adalah kapal ikan, dengan menggunakan ABK asal Indonesia.
"Ironis, sementara kapal ikan yang beroprasi di Indonesia justru hampir semuanya Warga negara asing, ini sudah salah kaprah," katanya.

Paonganan mengharapkan, kedepan lanjutnya, pemerintah harus memberikan perlindungan terhadap pelaut Indonesia yang bekerja di kapal-kapal asing. Namun yang terpenting, adalah bagaimana bisa mempekerjakan mereka di dalam negeri, dengan gaji standar kapal asing.

"Ini sebuah tantangan, saya yakin dengan luas laut yang dimiliki. Mampu menggaji para pelaut kita dengan standar gaji asing," tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, hingga sekarang, nasib tujuh pelaut asal Indonesia yang hilang di perairan utara Jepang belum diketahui pasti. Namun, empat pelaut lainnya ditemukan selamat dan kini masih dirawat di sebuah rumah sakit di Pulau Shakalin, Rusia, dengan kondisi membaik.
(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013