Lahore, Pakistan (ANTARA News) - Di antara pengalaman menarik kala mengunjungi Pakistan, khususnya kota Lahore, adalah mungkin melewatkan makan malam di pinggir jalan dari atap restoran ditemani musik khas Pakistan.


Lahore adalah ibukota Punjab dan kota kedua terbesar di Pakistan.


Kota ini dikenal sebagai kota seni dan budaya, selain juga oleh bangunan-bangunan bersejarahnya.


Di Lahore, ada satu kawasan Food Street di samping sebuah masjid megah, Badshahi Mosque. Tempat jaja beragam makanan khas Pakistan ini adalah satu dari banyak tujuan wisata malam di kota ini.


Begitu tiba di sini, Anda harus turun dari kendaraan, kemudian menyusuri jalan yang dijadikan kawasan pejalan kaki.


Di sebelah kanan pintu masuk, berjejer bangunan-bangunan restoran bertingkat. Sebelah kirinya berderet tenda-tenda cantik dengan meja makan tertata rapi berhiaskan bunga, lilin dan lampu warna warni.


Aroma khas masakan Pakistan yang harum dan asap mengepul tertiup angin malam akan langsung tercium begitu Anda memasuki area ini.


Tapi jangan terburu-buru masuk ya, sebab ada satu pintu dengan detektor logam yang harus dilewati siapa pun pengunjung situs wisata kuliner ini. Sampai-sampai pengunjung yang membawa tas pun diwajibkan menyerahkan tasnya kepada penjaga untuk diperiksa.


"Jangan khawatir, ini hanya untuk alasan keamanan saja," kata Qamar, yang menjadi Liason Officer untuk delegasi wartawan Indonesia dalam sepekan di Pakistan ini.


Setelah melewati pemeriksaan, sebuah jalan terbentang lebar, penuh pelayan restoran dan orang-orang yang lalu lalang, mirip food streed di Surabaya, Kya Kya yang sangat terkenal pada 2005 lalu. Sayang, kawasan wisata dan jajanan malam Kya Kya sudah tidak ada lagi.


Menyusuri jalan sepanjang sekitar 1 km ini para pelayan membaur di antara pengunjung. Mereka menawarkan menu makanana.


Di depan restoran, para koki asyik membolak-balik masakan pada wajan besar atau menggoreng Nan, roti khas Pakistan.


Menawarkan daftar masakan pada buku menu, para pelayan restoran ini mengajak pengunjung melihat langsung makanan yang sedang dimasak sang koki.


Cara mereka menawarkan menu mirip apa yang dilakukan para penyaji makanan di lokasi wisata kuliner Jalan Sabang, Jakarta Pusat.


Bedanya, para pelayan di Lahore sini berpakaian lebih rapi dengan stelan kemeja putih dan celana warna gelap. Ada juga yang mengenakan jas dan dasi.


Unik


Apa sih istimewanya Food Street Lahore?


Diantaranya ya bangunannya. Di tempat ini, seluruh bangunan restoran adalah bangunan tua. Jangan heran kalau memasuki daerah ini serasa berada di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat.


Yang berbeda dari Food Street Lahore ini adalah jalanannya yang bersih, udaranya juga segar, dan bangunannya terawat meski sudah berusia puluhan tahun.


Bangunan restoran ini memiliki ketinggian beragam, mulai dua hingga lebih dari lima lantai. Tujuannya, agar pengunjung restoran bisa menyantap hidangan makan malam sembari menikmati pemandangan kota Lahore dari ketinggian.


Tidak ada lift di sini. Untuk menikmati makan malam dan pemandangan malam yang indah itu, pengunjung harus melewati sekitar 50-60 anak tangga.


Cukup melelahkan, namun setelah berada di puncak restoran, rasa letih pada kaki segera terlupakan kala menyaksikan pemandangan indah yang terbentang sejauh mata memandang.


Dari ketinggian, pengunjung bisa menyaksikan Lahore yang sibuk, lampu-lampu kota nan gemerlap, lalu lintas kendaraan yang begitu ramai, serta menatap utuh masjid megah Badshahi Mosque.


Setelah duduk nyaman, saatnya memesan makanan.


Yang pertama diantar adalah salad buah yang disajikan dengan yogurt. Dilanjut, makanan utama yakni nasi briyani ayam, ikan dori berbumbu dipotong-potong kemudian dibakar yang di sini dinamai fish boti, roti naan, kari ayam, kari kambing dan jus buah delima.


"Sekarang memang sedang musim buah delima di Lahore, jadi menu jus yang tersedia adalah jus delima. Selain itu, tidak ada," ujar Qamar.


Untuk menikmati makanan ini, pengunjung dapat memilih menu dengan harga bervariasi, mulai 350 Rupee hingga lebih dari 1.000 rupee untuk satu jenis masakan, atau sekitar Rp35.000 hingga Rp100.000.


Setelah makan malam usai, saatnya kembali turun ke jalanan di Food Street.


Lagi-lagi pengunjung restoran harus melewati anak tangga cukup panjang. Tangga curam terbuat dari marmer yang ada di Coco's Restaurant ini sekitar 65 anak tangga.


Di pintu keluar, seorang pelayan tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada setiap pengunjung.


Teh Kashmir


Sebelum pulang, jangan lupa sempatkan diri menyusuri sepanjang jalan di Food Street, karena di ujung penjalanan, ada deretan kedai makanan kecil atau minuman khas Tea Khasmir.


Teh ini berwarna pink dan diseduh bersama buah kering yang dihaluskan. Jenis teh ini berbeda dari yang biasa diminum di restoran atau warung makan lokal, yakni chai atau teh manis yang diberi susu.


Berbelanja di toko suvenir juga bisa menjadi pilihan setelah menyantap makan malam.


Di area ini, jumlah toko suvenir memang tak banyak, tapi barang yang ditawarkan sangatlah beragam. Ada anting-anting, cincin dan kalung Pakistan, pashmina kashmir, hingga baju anak khas Pakistan.


Harganya terbilang murah, antara 100 hingga 2.000 Rupee, atau sekitar Rp10.000 hingga Rp200.000.


Pembeli juga dapat menawar atau meminta potongan harga jika jumlah barang dibeli memang banyak.


Lengkap sudah mengunjungi Food Street. Makan malam, lalu jalan-jalan, kemudian diakhiri berbelanja suvenir.


Anda patut mencobanya jika suatu waktu Anda berkesempatan ke Lahore. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013