"Mereka sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan," kata juru bicara UNICEF Marixie Mercado kepada AFP.
"Homs saat ini sangat dingin, dan hanya tersedia satu ruangan untuk 20 sampai 25 keluarga... Kondisi itu sangat menyedihkan untuk anak-anak," kata Mercado.
Menurut Mercado, masyarakat Homs tidak memiliki akses untuk air bersih dan anak-anak di daerah itu belum divaksinasi.
Mercado menambahkan, satu dari tiga orang di Homs, atau sekitar 635.000 orang, telah kehilangan rumah dan dua pertiga di antaranya masih berusia di bawah 18 tahun.
Kondisi di Homs dalam pandangan Mercado juga telah membuat anak-anak di kota itu kesulitan pergi ke sekolah untuk belajar.
Meskipun demikian, dia menceritakan bahwa anak-anak Homs sangat berniat untuk belajar sampai-sampai "harus berlari di atas puing bangunan tanpa rasa takut" untuk sampai ke sekolah.
Dalam perhitungan UNICEF, satu dari empat sekolah di Suriah telah hancur atau dialih-gunakan sebagai tempat penampungan karena perang saudara.
Sementara itu Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengkhawatirkan krisis di Suriah dapat berakibat pada memburuknya manajemen sampah dan kebersihan, yang kemudian akan menyebar berbagai macam penyakit seperti Hepatitis A dan leishmaniasis.
Di sisi lain, badan PBB untuk pengungsi UNHCR pada Jumat mengatakan bahwa jumlah pengungsi yang sudah terdaftar di negara-negara sekitar Suriah saat ini telah mencapai 728.553.
Badan itu juga untuk pertama kalinya harus mengirim beberapa stafnya ke kota Azzas, bagian utara Suriah yang diduduki kelompok gerilyawan, untuk mengirim peralatan musim dingin.
Di perbatasan Turki dan Suriah itu, ribuah orang kehilangan rumah dan harus hidup di perkemahan.
UNHCR mengirim 15.000 selimut dan 3.000 tenda dari Kopenhagen kepada penduduk sipil yang tinggal di dekat bandar udara Latakia.
Sementara Badan Pangan Dunia (World Food Programme-WFP) menegaskan bahwa sebelumnya, WFP sudah membantu 1.000 keluarga di kota Azzas selama satu bulan pada April lalu.
(G005)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013