"Kita bersyukur sesuai informasi yang kami peroleh, bahwa hampir setiap tahun minat publik untuk masuk perguruan tinggi kita terus naik dan tentu ini membuktikan kepercayaan publik kepada PTKIN," ujar Sekjen Kemenag Nizar Ali dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Para peserta SPAN-UM PTKIN 2023 akan mengikuti ujian menggunakan Sistem Seleksi Elektronik (SSE) di sejumlah kampus PTKIN di seluruh Indonesia.
SSE adalah aplikasi ujian yang menggunakan komputer (PC/Laptop). Melalui SSE, pelaksanaan ujian tidak lagi menggunakan kertas (paperless), baik untuk naskah soal maupun lembar jawaban.
"Ini modal yang kuat untuk melakukan penguatan-penguatan di segala aspek di perguruan tinggi," kata dia.
Sekjen meminta kepada panitia lokal PTKIN untuk memetakan prodi yang paling diminati dan prodi yang tidak diminati dengan melakukan evaluasi karena terkait eksistensi PTKIN.
"Ini terkait eksistensi prodi. Kalau perlu S1 yang miskin peminat diberikan beasiswa agar eksistensinya bagus. Kita harus punya peta prodi yang paling diminati dan tidak sehingga kita bisa melakukan afirmasi," ujar dia.
Baca juga: Kemenag MoU dengan Universiti Utara Malaysia di bidang akademik Sementara itu, Ketua Panitia SPAN UM PTKIN Imam Taufiq mengatakan peserta yang mengikuti UM PTKIN 2023 berjumlah 95.769 orang dengan rincian laki-laki sebanyak 37 persen dan perempuan 63 persen.
Jumlah berbasis pendaftar agama, 98 persen beragama Islam sisanya dari agama lain. Kondisi ini membuktikan bahwa UM-PTKIN inklusif bagi agama lain.
"Dalam UM-PTKIN 2023 ini juga terdapat sebanyak 79 peserta difabel. Ini membutuhkan kesiapan dari panitia lokal agar peserta difabel bisa mengikuti ujian dengan baik," ujar Imam.
Baca juga: 4 gedung disiapkan UIN Yogyakarta bagi ujian masuk berbasis elektronik
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023