Meningkatkan kembali cakupan imunisasi di tingkat tinggi
Jakarta (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meluncurkan Rekomendasi Imunisasi Anak terbaru 2023 pada Childhood Immunization Update (CIU) 2023 untuk memperbarui berbagai ilmu tentang imunisasi dan jadwal imunisasi anak terkini.

"Sebagai organisasi profesi dokter anak, IDAI telah berkomitmen dalam usaha advokasi hal-hal terkait imunisasi anak," kata Ketua Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso pada acara tersebut yang diikuti di Jakarta, Senin.

Piprim mengatakan IDAI meluncurkan Rekomendasi Imunisasi Anak terbaru 2023 pada acara CIU 2023 ini sebagai bagian dari upaya untuk membantu anak-anak Indonesia demi mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.

Selain itu, lanjutnya, Rekomendasi Imunisasi Anak terbaru 2023 juga membantu mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) demi tercapainya generasi emas Indonesia pada tahun 2045.

"Karena imunisasi terbukti sebagai upaya yang efisien, murah, dan mudah dibandingkan jika penyakit sudah tampak dan terjadi," ujar dokter yang praktik di Rumah Sakit Umum Pusat dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta tersebut.

Dalam Rekomendasi Imunisasi IDAI terbaru tahun 2023, terdapat dua jenis vaksinasi baru yang direkomendasikan untuk anak dan satu jenis pembaruan vaksinasi.

Pembaruan tersebut meliputi Vaksin Dengue untuk demam berdarah yang dimulai dari usia 6 tahun, vaksin HPV untuk pencegahan kanker serviks bagi anak perempuan yang dimulai dari usia 12 tahun, serta pembaruan vaksin BCG untuk bayi dengan masalah imunitas seperti HIV.

"Dalam acara ini kami juga mengadakan pelatihan kepada para nakes, terutama dalam berkomunikasi kepada orang tua dari anak yang hendak divaksinasi, karena kunci keberhasilan imunisasi adalah komunikasi yang efektif," ujarnya.

Piprim mengungkapkan selama masa pandemi dan pascapandemi, cakupan imunisasi menurun signifikan dan mengakibatkan sejumlah kejadian luar biasa (KLB) di beberapa daerah.

Dia menyebutkan sejumlah penyakit yang seharusnya bisa dicegah dengan melakukan imunisasi seperti Polio di Aceh dan Jawa Barat, juga difteri dan campak di berbagai daerah Indonesia tumbuh karena kurangnya cakupan imunisasi.

"Hal ini merupakan alarm bagi kita semua agar berupaya untuk meningkatkan kembali cakupan imunisasi di tingkat tinggi agar kekebalan komunitas segera terwujud kembali serta berbagai KLB bisa dikendalikan,” Demikian Piprim Basarah Yanuarso.

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023