Dharmasraya, Sumatera Barat (ANTARA) - Menteri Sosial Tri Rismaharini mengapresiasi kinerja Taruna Siaga Bencana yang selalu bekerja dari hati dan tanpa pamrih pada perayaan HUT Ke-19 Tagana di kantor Bupati Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat.

"Saya tidak pernah dengar Tagana minta tambahan honor, Tagana (bekerja, red.) tidak ada batas sekat wilayah, mereka kalau dibutuhkan langsung bekerja, dan mereka sudah tahu apa yang harus mereka kerjakan tanpa kita meminta," katanya saat menghadiri HUT Ke-19 Tagana di Dharmasraya, Minggu (28/5).

Kemensos selama ini hanya menambahkan uang transportasi untuk Tagana, bahkan terkadang untuk pergi ke tempat bencana mereka mesti merogoh kantong sendiri

"Mereka dapat honor Rp250 ribu per bulan. Tapi jangan dibayangkan, saya tidak punya duit untuk menambahi, kemarin Rp200 ribu saya tambah Rp50 ribu, tetapi kalau kerja itu mereka sudah tanpa hitungan, jadi itu yang harus jadi motivasi, orang-orang seperti ini harus lebih banyak lagi di Indonesia, yang dengan sukarela membantu tanpa pamrih," tuturnya.

Baca juga: Mensos: Fungsi utama jembatan gantung untuk mitigasi bencana

Ia juga berharap, kinerja Tagana yang terus mengabdi dari hati terus dipertahankan dan menjadi kekuatan utama mereka.

"Jadi mereka dididik tidak pernah menghitung, saya berharap Tagana terus berangkat dari hati, sehingga kalau mereka bekerja dengan hati maka semua tidak menjadi transaksional," ujar dia.

Risma juga mengisahkan pengalaman paling berkesan saat meninjau ke tempat bencana alam dan bertemu dengan Tagana.

Seringkali, dia mengaku merasa bersalah dan langsung meminta maaf apabila kehadirannya membuat panik di tempat kejadian.

"Saya pernah saat di Cianjur inisiatif membangun tenda bersama staf karena melihat masyarakat yang diinfus tetapi atasnya terbuka, lebih dari tiga jam kami buat tenda tapi gagal, lalu ketika datang Tagana enam orang, 10 menit jadi, untuk itu seringkali saya mohon maaf saat mereka niat menolong tetapi malah dimarah-marahin, karena mereka mungkin panik ya," katanya.

Selain itu, kata dia, soal dapur umum darurat untuk mempersiapkan makanan juga menjadi tantangan berat yang harus dihadapi tim Tagana.

"Paling berat adalah menyiapkan makanan, biasanya mereka tidak tidur malam hari, jam dua pagi mereka sudah bangun untuk menyiapkan di pagi hari, demikian juga siang," katanya.

Untuk itu, Risma menekankan pentingnya apresiasi dari masyarakat untuk tim Tagana yang telah memberikan banyak bantuan dan rela bekerja jauh dari keluarga.

"Relatif mereka tidak istirahat selama melaksanakan tugas dan itu mereka meninggalkan keluarga," tuturnya.

Baca juga: Kemensos siapakan Task-Force Tagana dengan pelatihan pasukan elit
Baca juga: Mensos apresiasi kesetiakawanan sosial relawan- Tagana dalam bencana

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023