Di tenda-tenda darurat yang kami siapkan, hingga hari ini masih ada sekitar 900 orang pengungsi,"
Serdang Bedagai, Sumut (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, menyebutkan sedikitnya 2.500 orang korban banjir di daerah itu selama dua hari terakhir masih bertahan di sejumlah lokasi pengungsian.
"Di tenda-tenda darurat yang kami siapkan, hingga hari ini masih ada sekitar 900 orang pengungsi," kata Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Pemkab Serdang Bedagai Freddy Sinaga, di Kecamatan Tebing Tinggi, Kamis.
Selain bertahan di tenda-tenda darurat BPBD setempat, sejumlah warga korban banjir lainnya mengungsi sementara ke rumah keluarga dan kerabat mereka.
Sebagian besar pengungsi berasal dari 21 dusun yang tersebar di Kecamatan Dolok Masihul dan Tebing Tinggi.
Mereka terpaksa mengungsi karena sebagian besar wilayahnya terendam banjir akibat jebolnya tanggul di bantaran Sungai Padang dan Sungai Sibaro, masing-masing di Desa Bukit Cermin dan Mariah Padang.
"Warga korban banjir umumnya memilih bertahan di pengungsian karena ketinggian air hingga pukul 10.00 WIB masih berkisar antar satu hingga 1,5 meter," kata Freddy.
Menurutnya, banjir yang menggenangi pemukiman warga itu tergolong lamban surut karena air di permukaan Sungai Padang dan Sungai Sibaro masih relatif tinggi.
"Di hulu Sungai Padang selama beberapa hari terakhir masih sering turun hujan, sehingga menyebabkan banjir yang melanda permukiman warga lamban surut," tambahnya.
Dalam upaya meringankan beban penderitaan warga korban banjir, kata Freddy, pihak Pemkab Serdang Bedagai bersama instansi terkait telah mendirikan enam posko, dapur umum, dan menyediakan sarana air minum.
Selain itu, pihaknya juga mengoperasikan tiga unit perahu karet untuk membantu aktivitas warga, termasuk mengangkut anak-anak pergi dan pulang dari sekolah mereka.
Disebutkannya, dusun yang tergolong cukup parah dilanda banjir, antara lain Dusun I, II, dan IV di Desa Mariah Padang, Kecamatan Tebing Tinggi.
(KR-JRD/N005)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013