Jakarta (ANTARA) - Mantan Koordinator Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran Mayjen TNI (Purn) Tugas Ratmono ditunjuk sebagai Ketua Umum Pengurus Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) menggantikan Teguh Ranakusuma yang mundur karena alasan kesibukan.

Tugas mengatakan kepercayaan yang diberikan untuk memimpin Yastroki merupakan suatu kehormatan baginya.

“Inilah sebuah proses yang secara tanggung jawab harus dilakukan,” kata Tugas dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Minggu.

Pengukuhan ketua dan pengurus baru Yastroki tersebut diadakan di FX Sudirman Jakarta Selatan, Sabtu (27/5).

Pengukuhan Tugas Ratmono sebagai ketua umum Yastroki juga dibarengi dengan pengukuhan Teguh Ranakusuma sebagai anggota Dewan Pembina Yastroki oleh Ketua Dewan Pembina Yastroki Haryono Suyono.

Mantan Kepala Pusat Kesehatan Tentara Nasional Indonesia ini juga berkomitmen meneruskan perjuangan yang sudah dilakukan para ketua umum sebelumnya, mulai dari Mayjen Sukardi, Laksamana Sudomo, Prof. Haryono, dan Prof. Teguh.

Dalam kesempatan itu Tugas juga mengumumkan berbagai program baru mengenai peningkatan kesadaran masyarakat tentang bahaya stroke.

Untuk itu, Tugas berharap Yastroki tetap berada di tengah masyarakat untuk membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah kesehatan di tengah masyarakat, khususnya stroke.

“Eksistensi Yastroki juga harus jadi bagian dari solusi dengan stakeholder yang lain,” ungkapnya.

Untuk menjalankan roda organisasi Yastroki, Tugas menawarkan konsep yang terbilang baru dalam penanganan masalah stroke di tengah masyarakat.

Program yang dimaksud adalah membangun ekosistem penanganan stroke berbasis komunitas kawasan mikro.

“Contohnya, mirip-mirip pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) saat penanganan pandemi Covid-19,” tuturnya.

Menurut dia, ketua umum Yatstroki sebelumnya Teguh Ranakusuma telah menyampaikan perlu adanya gerakan perang semesta melawan stroke.

“Kita harus bangun dari kawasan mikro agar betul-betul bisa semesta memerangi stroke,” kata Tugas.

Tugas juga membahas soal pemerintah yang telah menyusun kebijakan dalam transformasi digital di bidang kesehatan.

Menurut dia, ada enam pilar dalam kebijakan itu, yakni pelayanan primer, pelayanan lanjutan, ketahanan kesehatan nasional, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi pembangunan SDM kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan.

Baca juga: Fungsi utama Wisma Atlet Kemayoran bukan untuk layanan kesehatan
Baca juga: Pengamat: Sebaiknya Wisma Atlet Kemayoran tidak jadi rusun

Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023