Mereka ingin mengenal bahasa musuh sehingga dapat menghindari tipuan dan kejahatan."

Orlando, Florida (ANTARA News) - Pihak yang berwenang dari Hamas berencana untuk memperluas pendidikan bahasa Ibrani di sekolah menengah atas Jalur Gaza untuk membantu warga Palestina mengenal musuhnya saat berkonflik dengan Israel.

Hamas adalah kelompok yang tidak mengakui eksistensi Israel, namun di sisi lain mengatakan bahwa masyarakat Gaza memerlukan penguasaan atas bahasa Ibrani untuk memonitor perkembangan militer di negara musuhnya, lapor Reuters.

Pada November lalu, Hamas mengeluarkan ancaman kepada Israel dalam bahasa Ibrani melalui radio dan video dan kemudian menyerang negara Yahudi itu dengan roket sebelum Mesir mendamaikan kedua belah pihak.

Penyiaran gerakan Hamas dengan bahasa Ibrani menggaris-bawahi hasrat untuk menggunakan bahasa musuh sebagai alat propaganda semasa konflik.

Sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, sebelumnya bahkan telah mengeluarkan pernyataan resmi dalam bahasa Ibrani melalui akun Twitter.

Sementara itu Soumaya al-Nakhala, seorang pejabat senior kementerian pendidikan Hamas, mengatakan kepada Reuters bahwa mengenal musuh adalah tindakan yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad.

"Mereka ingin mengenal bahasa musuh sehingga dapat menghindari tipuan dan kejahatan," kata al-Nakhala.

Saat ini, al-Nakhala mengatakan bahwa kelas bahasa Ibrani hanya diajarkan sampai murid tingkat sembilan, namun akan diperluas sampai tingkat di atasnya pada semester depan.


Keterasingan Linguistik

Pada 20 tahun yang lalu, sebagian besar dari 1,5 juta rakyat Palestina di Gaza dapat berbicara dan memahami bahasa Ibrani karena mereka bekerja di Israel atau menghabiskan waktu di penjara negara itu karena dituduh terlibat dalam penyerangan kaum militan.

Namun sejak tahun 1994, Gaza terisolir dari Israel ketika negara Yahudi itu menutup pintu gerbang perbatasan bagi sebagian besar pekerja dari Palestina.

Saat ini, hanya sekitar 50.000 penduduk Gaza--sebagian adalah mantan pekerja dan tahanan Israel--yang masih dapat mengerti bahasa Ibrani.

Generasi muda pada umumnya hanya dapat berbicara dalam bahasa Arab meskipun tumbuh di dekat Israel dan menggunakan mata uang Shekel dari negara Yahudi.

Sementara itu di Tepi Barat, di mana Otoritas Palestina berkuasa di area yang tidak diduduki oleh perumahan Israel, bahasa Ibrani justru tidak masuk dalam kurikulum sekolah.

Pasukan bersenjata Israel mempunyai banyak pejabat yang dapat dengan fasih berbicara bahasa Arab, terutama anggota intelijen yang menginterogasi tahanan Palestina. (G005/AK)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013