Damaskus (ANTARA News) - Pemimpin koalisi oposisi utama Suriah di pengasingan, Moaz al-Khatib, menyatakan bersedia mengadakan pembicaraan dengan utusan Pemerintah Suriah untuk mencegah pertumpahan darah dan mempersiapkan masa peralihan Suriah.
Pernyataan mengejutkan al-Khatib itu diunggah di akun Facebooknya pada Rabu (30/1). Dalam pernyataan itu ia mengatakan "siap berhadapan langsung dengan wakil rejim Suriah di Kairo, Tunis atau Istanbul".
Menurut laporan Xinhua, tokoh oposisi berusia 52 tahun tersebut juga mengatakan ia memutuskan untuk melakukan itu setelah ada undangan dari pemerintah untuk berdialog karena ingin membantu mengakhiri krisis di negerinya.
"Saya telah memperoleh informasi dari media bahwa rejim di Suriah mengundang oposisi untuk dialog ... dan karena warga Suriah telah terlibat krisis yang tak pernah terjadi sebelumnya, serta sebagai tanda itikad baik untuk menemukan penyelesaian politik ... saya mengumumkan kesediaan saya untuk duduk berhadapan langsung dengan wakil rejim," katanya.
Namun al-Khatib menetapkan dua syarat bagi dimulainya pembicaraan yakni pembebasan 16.000 tahanan dari penjara rejim dan pusat intelijen, dan jaminan paspor baru bagi warga negara Suriah yang dokumennya telah habis masa berlakunya di luar negeri.
Namun Dewan Nasional Suriah --kelompok terbesar koalisi yang dipimpin oleh al-Khatib-- menyatakan menolak tindakan tersebut dan menyatakan kelompok itu menentang perundingan dengan "rejim penjahat".
Bahkan koalisi pun menyatakan pernyataan al-Khatib sebagai pernyataan pribadi yang tidak mencerminkan pendirian koalisi.
Pekan lalu, Kementerian Dalam Negeri Suriah menyeru semua kekuatan politik oposisi dan mereka yang ingin ikut dalam dialog nasional untuk datang ke Suriah dan berjanji akan menawarkan semua fasilitas serta membebaskan mereka dari semua tuntutan hukum.
(C003)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013