Ini pertama kali sepanjang sejarah, neraca perdagangan Indonesia tercatat defisit sangat besar. Hal ini terjadi karena ekspor kita menurun dan impor kita mengalami lonjakan,"

Jakarta (ANTARA News) - Sekjen Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Fadli Zon, mengatakan pemerintah harus membatasi kuota impor guna menyeimbangkan neraca perdagangan Indonesia tahun 2012 yang tercatat defisit.

"Ini pertama kali sepanjang sejarah, neraca perdagangan Indonesia tercatat defisit sangat besar. Hal ini terjadi karena ekspor kita menurun dan impor kita mengalami lonjakan," kata Fadli Zon pada siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu.

Dia mengatakan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit pada neraca perdagangan pada 2012 mencapai 1,33 miliar dolar AS, yang merupakan defisit terbesar sepanjang sejarah.

"Bahkan, ketika krisis ekonomi 1997-1998 saja kita masih surplus," katanya.

BPS mencatat bahwa nilai ekspor Indonesia pada 2012 turun sebesar 4,6 persen, sementara nilai impor meningkat sebesar 9,92 persen.

Oleh karena itu, menurut Fadli, pemerintah harus membuat langkah strategis untuk menangani defisit tersebut, yakni menata ulang pola perdagangan dengan mengadakan `National Trade Policy` (Kebijakan Perdagangan Nasional) yang mengutamakan kepentingan nasional.

"Selama ini, kita telah membuka sebesar-besarnya perdagangan bebas, namun karena daya ekspor dan daya saing kita kurang, akhirnya malah Indonesia menjadi pasar bagi produk-produk asing," ujarnya.

Dia memperkirakan neraca perdagangan pada 2013 akan tetap mengalami defisit bila nilai impor masih lebih tinggi dibanding nilai ekspor.

"Perkiraan ekspor Indonesia pada 2013 mencapai 9,22 persen, namun impor bisa mencapai 9,24 persen," kata Fadli.

Dia mendesak pemerintah untuk segera membatasi kuota impor, khususnya kuota impor barang holtikultura, barang modal, dan migas.

"Sebab komoditas-komoditas itu yang mengalami peningkatan impor pada tahun lalu," jelasnya.

Selain itu, dia menyarankan adanya penguatan sektor industri domestik untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri, dimana Indonesia tidak perlu mengimpor bahan baku dari luar jika memang tersedia di dalam negeri.

Dia mengatakan, realisasi impor bahan baku pada 2012 Rp313,2 triliun dibandingkan target awal yang hanya sebesar Rp283 triliun.

"Selama ini, investasi modal selalu diiringi impor bahan baku. inilah yang menyebabkan neraca perdagangan menjadi defisit," ujarnya.

Fadli menekankan bahwa pemerintah harus segera melakukan evaluasi terhadap tata cara investasi dan perdagangan bebas yang diterapkan sekarang ini.

"Pola perdagangan bebas saat ini terbukti tidak tak mampu mendorong `performance` ekonomi nasional sehingga hal ini harus dicegah agar neraca perdagangan kita tidak defisit terus-menerus," katanya.
(Y012/B012)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013