Warga membuat aneka kerajinan peralatan dapur ini sudah sejak puluhan tahun lalu. Ini kegiatan usaha warisan nenek moyangGunungkidul (ANTARA) - Perajin peralatan dapur berbahan kayu yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama Lestari Budaya di Padukuhan Mojosari Kalurahan/Desa Kedungpoh Kapanewon Nglipar Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tetap bertahan memproduksi berbagai alat rumah tangga tradisional.
Pendiri Kelompok Usaha Bersama Lestari Budaya Wadiyo di Gunungkidul, Jumat, mengatakan Kelompok Usaha Bersama Lestari Budaya baru terbentuk pada 2021, namun pelaku usaha kecil menengah produk alat rumah tangga berbahan kayu sudah berproduksi sejak puluhan tahun lalu.
"Warga membuat aneka kerajinan peralatan dapur ini sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Ini kegiatan usaha warisan nenek moyang," kata Wadiyo.
Ia mengatakan Kube Lestari Budaya memproduksi aneka piranti memasak berbahan kayu. Ada solet, munthu, entong, parutan kelapa, penumbuk, hingga cetakan kue.
Di Padukuhan Mojosari, dulu mayoritas atau setidaknya 70 persen warga membuat parutan kelapa. Banyak di antaranya merupakan ibu-ibu.
Sementara itu untuk produk lain, banyak dibuat oleh bapak-bapak. Namun beberapa tahun terakhir, pembuat kerajinan alat dapur berbahan kayu ini menurun jumlahnya.
"Kami tetap bertahan memproduksi alat-alat rumah tangga tradisional. Meski sudah banyak anggota yang pindah kerjaan dan merantau," katanya.
Baca juga: DPU Gunungkidul: Proyek Jalan Serut-Tawang dikerjakan mulai akhir Mei
Produk kerajinan asal Mojosari mayoritas terjual keluar kota, hanya dua persen saja yang tersedot oleh pasar di Gunungkidul.
"Permintaan dari pasar lokal sangat sedikit, kami harus berkeliling untuk menjual produk kami," katanya.
Perhatian pemerintah terhadap kelompok pun datang di antaranya dari Dinas Sosial DIY dan Dinas Perdagangan dan UKM Gunungkidul.
Fasilitasi mesin dan kesempatan pameran beberapa kali diperoleh oleh kube ini.
Bupati Gunungkidul Sunaryanta mengatakan potensi UMKM di wilayahnya sangat besar. Saat ini pelaku usahanya mencapai hampir 30 ribu.
Setidaknya 40 produk unggulan karya UMKM Gunungkidul sudah menembus pasar modern. Bahkan sudah ada yang menjadi komoditas ekspor.
"Kami berharap produk UMKM Gunungkidul tidak hanya dikonsumsi warga lokal, tetapi juga konsumen nasional hingga mancanegara," kata Sunaryanta.
Namun demikian, ia mengatakan UMKM di Gunungkidul membutuhkan dukungan dari banyak pihak untuk mencapainya. Dukungan yang dibutuhkan mulai dari pendampingan, permodalan hingga pemasaran.
"Sektor UMKM ini salah satu penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi di Gunungkidul. Untuk itu, kami mengupayakan pendampingan terhadap produk lokal," katanya.
Baca juga: Nelayan Gunungkidul mulai tangkap kembali benih bening lobster
Baca juga: Pemkab Gunungkidul kembangkan Pantai Baron dongkrak ekonomi masyarakat
Pewarta: Sutarmi
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023