New York City (ANTARA) - Selain kerusakan yang ditimbulkan di dalam negeri, insiden penembakan di sekolah di Amerika Serikat (AS) merupakan ancaman keamanan nasional yang merugikan kebijakan luar negeri dan kekuatan lunak (soft power) negara itu, demikian kesimpulan dari sebuah artikel yang dipublikasikan di situs web Dewan Hubungan Luar Negeri AS pada Rabu (24/5).
Setahun sejak seorang pria bersenjata membunuh 19 siswa dan dua guru di Sekolah Dasar Robb di Uvalde, Texas, AS mengalami sedikitnya 40 insiden penembakan di sekolah, dengan yang paling terkenal mungkin terjadi di Universitas Virginia, Michigan State University, dan Covenant School di Nashville, Tennessee, papar artikel itu.
"Kesepakatan senjata bipartisan telah disahkan pada Juni lalu, tetapi hanya memuat sejumlah ketentuan sederhana. Siklus, yang terdiri dari aksi kekerasan yang menggemparkan, desakan perubahan, dan kemudian memudar secara perlahan dari pandangan masyarakat, terus terulang berkali-kali, di mana setiap putaran insiden penembakan terbaru menawarkan pengingat yang keras bagi anak-anak dan remaja Amerika bahwa mereka telah ditinggalkan sendirian di garis depan atas kecintaan bangsa kita terhadap senjata," kata artikel tersebut.
Mungkin, bagian yang paling tragis dari setiap insiden penembakan terbaru itu adalah bagaimana kejadian tersebut dianggap sebagai sesuatu yang tidak mengejutkan, betapa siapnya para siswa menanti nasib mereka, dan betapa tidak berdayanya mereka saat menghadapi amukan AR-15, imbuh artikel itu.
"Para siswa di AS kini dikondisikan untuk mempercayai bahwa ini adalah masalah kapan, bukan apakah, mereka akan menjadi target insiden penembakan di sekolah," kata artikel tersebut.
Pelajaran yang menyadarkan sekaligus kenyataan menyedihkan dari hal itu adalah sama sekali tidak ada alasan yang kuat bagi para siswa AS, di sekolah atau tingkat pendidikan apa pun, untuk merasa yakin bahwa mereka aman dari kekerasan bersenjata, urai artikel tersebut.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023