Jakarta (ANTARA) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mendorong penguatan edukasi kepada masyarakat untuk mencegah Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), terutama di Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi pemasok tenaga kerja migran non-prosedural terbanyak.
"Perlu kita edukasi mama-mama dan masyarakat bahwa kita semua harus punya keterampilan sehingga bisa berkarya di negeri sendiri. Literasi dan sosialisasi pencegahan dan penanganan TPPO perlu diperluas agar jangan ada lagi korban TPPO di NTT," kata Bintang saat kunjungan ke Wulublolong, Flores Timur, NTT pada Rabu (24/5), sebagaimana tertulis dalam keterangan resmi yang diterima ANTARA, Jumat.
Diketahui, kasus TPPO di NTT tergolong tinggi sebab provinsi ini termasuk kategori sending area. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak, pada tahun 2022 telah terlapor sebanyak 412 kasus dan 476 korban TPPO di Indonesia.
Dalam kunjungan tersebut, Bintang melakukan dialog dengan pemimpin daerah, para tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, perempuan penyintas Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), dan perwakilan perempuan penganyam.
Ia pun mendorong pemerintah desa untuk menguatkan gugus tugas pencegahan dan penanganan TPPO.
Baca juga: Undip bersama DP3AP2KB Jateng gelar "SERAT KARTINI"
Ia juga mengingatkan bahwa pencegahan harus dimulai dari masyarakat. Untuk itu, masyarakat harus dibekali keterampilan agar bisa memenuhi kebutuhan keluarga.
"Seluruh masyarakat desa harus berdaya secara ekonomi. Kalau kelompok perempuan bisa mandiri, bisa membantu memecahkan masalah stunting di sini, mencegah adanya tindak kekerasan di dalam rumah tangga dan TPPO," imbuh Bintang.
Kementerian PPPA, menurut Bintang, telah membuat model Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) sebagai salah satu cara untuk memberikan perhatian pada perempuan dan anak.
Pada kesempatan yang sama, Katarina Kewa Kroon yang merupakan penyintas TPPO tahun 2001-2009 juga mengungkapkan harapannya agar dapat memperhatikan ibu, anak-anak sekolah, serta masyarakat dengan lebih baik lagi.
Ia juga mengajak ibu-ibu untuk bekerja di negara dan daerah sendiri, salah satunya dengan bergabung bersama Du Anyam.
"Saya pernah mengalami pahit dan susahnya hidup merantau, hidup tanpa jaminan keamanan hingga harus bersembunyi di hutan sampai kandang binatang. Maka di sini saya mengajak ibu-ibu semuanya untuk bergabung bersama Du Anyam sehingga kita tidak perlu pergi ke luar negeri," ujar Katarina.
Baca juga: Mensos paparkan pemberdayaan perempuan-disabilitas pada petinggi ASEAN
Du Anyam merupakan salah satu pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang fokus pada upaya pemberdayaan perempuan di pelosok Indonesia, yang telah melakukan pendampingan di Desa Wulublolong sejak tahun 2014.
Du Anyam berkomitmen memberikan akses uang tunai dari pembelian produk karya tangan ibu penganyam dan memasarkan produk tersebut.
Hal tersebut dilakukan guna menggerakkan perekonomian lokal dan pemerataan pembangunan perekonomian yang berkelanjutan khususnya di Indonesia Timur, sekaligus menciptakan sumber daya manusia yang unggul serta mendorong kesetaraan gender, kesejahteraan, dan ketahanan keluarga.
Baca juga: Menteri PPPA dan PP Aisyiyah tingkatkan sinergi pemberdayaan perempuan
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023