Makassar (ANTARA) - Polrestabes Makassar, Sulawesi Selatan, memeriksa lima orang saksi terkait insiden siswa SMP Islam Athirah kelas VIII, berinisial BNY (15), yang jatuh diduga bunuh diri dari gedung lantai delapan sekolah tersebut pada Rabu (24/5).
"Sudah lima orang dilakukan pemeriksaan, di antaranya wali kelas, OB (office boy) atau petugas kebersihan di sekolah, dan lainnya," kata Kapolrestabes Makassar Kombes Pol. Mokhamad Ngajib di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat.
Ngajib mengatakan hasil pemeriksaan itu sesuai dengan keterangan saksi dan rekaman kamera pengawas (CCTV) di sekolah tersebut yang menunjukkan siswa itu berada di lantai dasar kemudian naik ke lantai delapan lalu naik lagi ke atap lantai delapan dengan tangga.
"Dari situ, tidak ada kegiatan lain dan terakhir jatuhnya anak itu ke lantai dasar. Sejauh ini tidak ada motif lain," jelas Ngajib.
Terkait kejanggalan atas peristiwa itu seperti yang dipertanyakan pihak keluarga, Ngajib menjelaskan bahwa polisi menyimpulkan suatu perkara berdasarkan pada keterangan saksi maupun hasil rekaman CCTV yang diperoleh petugas di lapangan.
"Jadi begini, dari keterangan saksi, rekaman CCTV dapat keterangan dia (korban) di lantai delapan, tahu-tahu sudah sampai di bawah. Selain itu, ada orang di bawah saksi dari petugas kebersihan melihat di situ, tiba-tiba bunyi, sudah ada korban di situ," katanya.
Baca juga: Gejala depresi saat bekerja tak selalu terlihat, segera cari bantuan
Sejauh ini, pihak keluarga belum melapor ke polisi karena masih berduka. Mengenai adanya percakapan korban dalam grup media sosial WhatsApp yang diduga korban tertekan, Ngajib mengatakan hal itu akan menjadi bahan masukan penyelidikan.
Kemudian, terkait unsur kelalaian pengawasan dari pihak guru di sekolah milik Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla itu, Ngajib menegaskan belum ada soal unsur tersebut.
"Sampai saat ini, dari hasil rekaman rangkaian CCTV itu, dia (korban) sendiri ke atas. Dia tidak masuk kelas, sempat izin sama gurunya, dia sakit. Iya, ini masih dalam proses penyelidikan," kata Ngajib.
Sementara itu, Kepala Satuan Reskrim Polrestabes Makassar AKBP Ridwan Hutagaol menambahkan dari hasil visum dan analisis ditemukan ada tekanan dari atas sehingga terjadi gravitasi bumi ke manusia. Manusia itu bukan dibenturkan dengan benda keras, tetapi membenturkan diri ke medan keras.
Baca juga: Cara pandang pengaruhi seseorang dalam menyelesaikan masalah
Soal posisi korban dari pantauan GPS sebelum ke sekolah, kata Ridwan, korban berada di Kabupaten Gowa. Sekitar pukul 06.00 Wita, korban menyampaikan pesan ke wali kelasnya bahwa dia tidak enak badan dan tidak masuk sekolah.
"Walinya komentar ke ibu orang tua murid menyatakan anaknya tidak sekolah dan ibunya mengecek ternyata posisinya masih di Gowa dan dihubungi, anaknya akhirnya berangkat ke sekolah," jelasnya.
Sampai di sekolah, korban tidak masuk ke kelas dan langsung naik ke lantai delapan.
Korban lalu menghubungi ibunya untuk mengabarkan bahwa dirinya sudah berada di sekolah. Ibunya pun meminta korban mengirimkan foto diri apakah benar sudah berada di sekolah. Namun, korban tidak sempat foto diri dan kemudian ditemukan berada di lantai dasar. Ponsel yang dia bawa pun ikut hancur.
"Untuk motif bunuh diri, kami belum temukan, masih penyelidikan, karena kami mau cek dulu sampai di mana anak ini. Jadi, dari lantai satu sampai delapan, tempat untuk melakukan bunuh diri tidak ada. Cuma di balkon lantai delapan, itu tempat OB, ada tempat pengecekan air, ada tangga; sehingga ia naik di tangga itu," ujar Ridwan.
Baca juga: Psikolog: Anak bisa depresi jika stres berkepanjangan
Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023