Paris (ANTARA News) - Prancis telah meminta warganya untuk meninggalkan Nigeria utara dan daerah di sekitar ibu kota Abuja setelah ancaman-ancaman menyusul intervensi militer di Mali, kata sumber diplomatik pada Senin.

Gerilyawan telah bersumpah untuk menargetkan kepentingan Prancis menyusul selama dua-pekan serangan militernya di Mali terhadap gerilyawan yang bersekutu dengan Al Qaida.

Sumber diplomatik mengatakan, ancaman penculikan bersamaan dengan dukungan Nigeria kepada tindakan Prancis di Mali yang telah mengangkat risiko bagi warga negara Prancis.

Prancis memiliki sekitar 2.000 warga yang tinggal di Nigeria, dan 335 di antara mereka tinggal di atau sekitar Abuja.

Perusahaan minyak utama Prancis Total telah memindahkan stafnya dari Abuja menyusul penculikan warga negara Prancis di kota terpencil utara dekat perbatasan Niger bulan lalu, kata Kepala Eksekutif Christophe de Margerie pada Jumat.

Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah bahwa sebuah perusahaan mengatakan telah mengevakuasi orang asing dari ibu kota Nigeria karena masalah keamanan.

Sumber diplomatik mengatakan Total telah meminta 40 karyawannya untuk meninggalkan Abuja.

Kelompok Nigeria Ansaru mengatakan menculik warga Prancis dan mengancam akan terus menargetkan orang Prancis karena aksi militer negara itu di Mali dan larangan terhadap jilbab bagi wanita Islam.

Ansaru juga mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap konvoi militer yang membawa pasukan dari Nigeria ke Mali pekan lalu di negara bagian Kogi, selatan ibu kota Abuja.

Nama lengkap kelompok ini adalah Jama`atu Ansarul Musilimina Fi Biladis Sudan, yang secara kasar diterjemahkan sebagai "Barisan Depan untuk Perlindungan Muslim di Afrika Hitam".

Ansaru diduga memiliki hubungan longgar dengan sekte Boko Haram, yang menewaskan ratusan orang tahun lalu dalam pemberontakan terfokus pada pasukan keamanan Nigeria, dengan target agamawan dan politisi, bukan orang asing. (AK)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013